Suku Sunda merupakan salah satu etnis mayoritas di Indonesia yang mendiami wilayah Jawa Barat, Banten, dan sebagian kecil Jawa Tengah. Dikenal dengan sebutan Urang Sunda, mereka memiliki warisan budaya yang kaya, kental dengan nilai-nilai kesopanan, keharmonisan, dan kecintaan terhadap alam. Sejarah mereka terukir panjang, berawal dari masa Kerajaan Tarumanegara hingga Kerajaan Pajajaran, yang menjadi fondasi kuat bagi identitas mereka saat ini.
Bahasa Sunda adalah salah satu bahasa Austronesia yang masih hidup dan digunakan sehari-hari. Ciri khas utama yang membedakan bahasa Sunda adalah sistem tingkatan tutur (undak-usuk basa) yang sangat menghargai lawan bicara, yaitu ragam bahasa lemes (halus) dan ragam bahasa loma (akrab). Penggunaan basa lemes wajib digunakan saat berbicara dengan orang yang lebih tua atau dihormati, mencerminkan nilai silih asih, silih asah, silih asuh (saling mengasihi, mengasah ilmu, dan mengasuh).
Beberapa ungkapan Sunda yang populer antara lain adalah "Wilujeng sumping" (Selamat datang), "Kumaha damang?" (Apa kabar?), dan filosofi mendalam seperti "Hirup kudu hade gogoda, hade ciciren" (Hidup harus baik tingkah lakunya, baik tandanya), yang menekankan pentingnya menjaga reputasi dan moralitas.
Seni pertunjukan Sunda sangat beragam. Salah satu yang paling terkenal adalah Wayang Golek, seni boneka kayu tiga dimensi yang menceritakan epik Mahabharata dan Ramayana dengan sentuhan lokal Sunda yang unik. Selain itu, musik tradisional Sunda, sering diiringi oleh instrumen seperti kecapi, suling, dan rebab, menciptakan harmoni yang menenangkan. Tari Jaipongan, yang enerjik dan dinamis, juga merupakan ikon dari kebudayaan Sunda modern.
Dalam bidang sastra, ajaran dan nasihat sering disampaikan melalui Pantun Sunda, yaitu puisi lisan yang memiliki sampiran dan isi, sering kali disajikan secara berbalas-balasan. Kesenian ini berfungsi sebagai media penyebaran nilai-nilai luhur dan kearifan lokal.
Masakan Sunda dikenal segar, sederhana, dan mengutamakan bahan-bahan alami dari hasil bumi. Konsep makan ala Sunda seringkali melibatkan lalapan (sayuran mentah segar), sambal terasi, dan lauk pauk yang dimasak dengan cara dikukus atau dibakar. Nasi timbel, nasi yang dibungkus daun pisang, menjadi hidangan pokok yang tak terpisahkan.
Hidangan populer seperti Nasi Liwet, karedok (salad sayuran mentah dengan bumbu kacang), dan pepes (bahan makanan yang dibumbui lalu dibungkus daun pisang dan dikukus/dibakar) menawarkan cita rasa khas yang dicintai banyak orang. Minuman tradisional seperti Bajigur dan Bandrek juga menjadi penutup yang hangat setelah menyantap hidangan utama.
Inti dari kebudayaan Sunda adalah pandangan dunia yang religius namun tetap toleran. Mereka menganut konsep Tri Hita Karana versi Sunda yang menekankan hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhan (Hulun Hayang), sesama manusia (Urang jeung Urang), dan alam (Urang jeung Alam). Kehidupan yang selaras dengan alam ini mendorong sikap hidup yang tidak berlebihan, menghargai keberagaman, dan selalu berusaha menjaga keseimbangan. Kearifan lokal ini membuat Suku Sunda terus melestarikan warisan leluhur mereka di tengah arus modernisasi.