Ilustrasi sederhana ayam petelur yang sehat.
Ternak ayam petelur merupakan salah satu investasi agribisnis yang menjanjikan, namun keberhasilannya sangat bergantung pada manajemen yang cermat, terutama dalam hal perhitungan. Memahami berbagai aspek perhitungan seperti biaya produksi, potensi pendapatan, dan titik impas (break-even point) adalah kunci untuk memastikan profitabilitas yang berkelanjutan. Artikel ini akan mengupas tuntas seluk-beluk perhitungan dalam ternak ayam petelur agar peternak dapat mengambil keputusan yang lebih baik dan meningkatkan efisiensi.
Biaya produksi adalah fondasi utama dalam setiap perhitungan bisnis. Dalam ternak ayam petelur, biaya ini dapat dibagi menjadi dua kategori utama: biaya operasional (variable cost) dan biaya tetap (fixed cost).
Total biaya produksi dihitung dengan menjumlahkan seluruh biaya operasional dan biaya tetap dalam satu siklus produksi.
Pendapatan utama dari ternak ayam petelur berasal dari penjualan telur konsumsi. Namun, ada juga potensi pendapatan dari penjualan ayam afkir (ayam yang sudah tidak produktif lagi).
Untuk menghitung pendapatan telur, kita perlu mengetahui:
Ayam petelur biasanya mencapai akhir masa produktif setelah sekitar 1-1.5 tahun. Ayam afkir masih memiliki nilai jual sebagai ayam potong atau bahan baku lain. Perhitungannya adalah jumlah ayam afkir dikalikan dengan harga jual per ekor ayam afkir.
Titik Impas (BEP) adalah kondisi di mana total pendapatan sama dengan total biaya produksi. Artinya, pada titik ini peternak tidak mengalami kerugian maupun keuntungan. Mengetahui BEP sangat krusial untuk menetapkan target produksi dan harga jual yang realistis.
Rumus sederhana untuk menghitung BEP dalam unit (jumlah telur):
BEP (Unit) = Biaya Tetap / (Harga Jual per Unit - Biaya Variabel per Unit)
Jika BEP dalam rupiah:
BEP (Rupiah) = Biaya Tetap / ((Harga Jual per Unit - Biaya Variabel per Unit) / Harga Jual per Unit)
Contoh sederhana: Jika biaya tetap per bulan adalah Rp 5.000.000, biaya variabel per butir telur Rp 1.000, dan harga jual per butir Rp 2.000, maka BEP dalam unit adalah Rp 5.000.000 / (Rp 2.000 - Rp 1.000) = 5.000 butir telur per bulan. Peternak harus mampu menjual minimal 5.000 butir telur per bulan agar tidak merugi.
Laba atau rugi dihitung setelah semua biaya produksi dan pendapatan diperhitungkan.
Laba/Rugi = Total Pendapatan - Total Biaya Produksi
Jika hasilnya positif, berarti peternak memperoleh keuntungan. Jika negatif, berarti mengalami kerugian.
Selain perhitungan di atas, penting juga untuk melakukan analisis kelayakan usaha yang lebih mendalam, seperti:
Dengan melakukan perhitungan yang teliti dan berkelanjutan, peternak ayam petelur dapat mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan, mengelola risiko dengan lebih baik, dan pada akhirnya mencapai kesuksesan finansial yang diinginkan. Ingat, manajemen yang baik adalah kunci utama dalam ternak ayam petelur yang menguntungkan.