Bahasa Dayak Bakumpai adalah salah satu rumpun bahasa Dayak yang dituturkan oleh suku Bakumpai, yang mayoritas mendiami wilayah Kabupaten Barito Selatan dan sebagian Barito Utara di Kalimantan Tengah. Bahasa ini memiliki kekayaan kosakata dan struktur tata bahasa yang unik, menjadikannya elemen vital dalam menjaga identitas budaya masyarakat Bakumpai. Meskipun sering dianggap sebagai dialek Bahasa Melayu Lokal, secara linguistik, Bakumpai memiliki akar Austronesia yang kuat dan berbeda signifikan dari Melayu standar.
Mempelajari percakapan dasar dalam bahasa Bakumpai bukan hanya tentang menghafal kata, tetapi juga memahami cara pandang dan etika sosial masyarakatnya. Dalam interaksi sehari-hari, keramahan dan kesopanan sangat dijunjung tinggi, yang tercermin dalam pilihan kata dan intonasi saat memulai atau mengakhiri sebuah obrolan.
Sama seperti bahasa lainnya, percakapan selalu diawali dengan salam. Bahasa Bakumpai memiliki cara khas untuk menyambut tamu atau memulai perbincangan santai dengan tetangga. Penggunaan kata sapaan yang tepat menunjukkan rasa hormat terhadap lawan bicara.
Bakumpai: "Handai?" (Halo/Apa kabar?)
Indonesia: "Apa kabar?"
Bakumpai: "Jukah rahayu?" (Apakah kamu baik-baik saja?)
Indonesia: "Bagaimana kabarmu?"
Jawaban yang sering digunakan untuk menunjukkan bahwa semuanya baik-baik saja adalah "Rahayu" atau "Bagus". Jika ingin menanyakan balik, ungkapan "Kakau?" (Kamu?) sering ditambahkan.
Interaksi sehari-hari sering kali berpusat pada aktivitas atau tujuan seseorang saat itu. Dalam konteks sosial yang lebih egaliter seperti di pasar, pembicaraan cenderung lebih lugas namun tetap sopan.
A (Bakumpai): "Handai, ikau ka mana jua?"
A (Indonesia): "Halo, kamu mau ke mana?"
B (Bakumpai): "Aku handak ka pasar. Ikau handak manukui ahe?"
B (Indonesia): "Saya mau ke pasar. Kamu mau mencari apa?"
A (Bakumpai): "Aku handak mambali hampas."
A (Indonesia): "Saya mau membeli gula."
Kata-kata kunci di sini adalah "ka mana" (ke mana), "manukui" (mencari/membeli), dan "ahe" (apa). Mempelajari kata benda dasar sangat membantu dalam menyusun kalimat sederhana ini. Frasa "hampas" (gula) adalah contoh kosakata khas yang membedakannya dari bahasa Melayu yang mungkin menggunakan kata yang berbeda.
Mengakhiri percakapan dengan baik sama pentingnya dengan memulainya. Ucapan terima kasih dan salam perpisahan mencerminkan rasa hormat terakhir dalam interaksi tersebut.
Bakumpai: "Tarima kasih banyak." (Pengaruh Melayu kuat di sini, namun tetap umum)
Alternatif Lokal (lebih informal): "Makasih."
Bakumpai: "Sampai bertemu lagi lah." atau "Dah, ampih." (Secara harfiah berarti 'selesai' atau 'sudah')
Indonesia: "Sampai jumpa lagi."
Memahami nuansa percakapan Dayak Bakumpai membutuhkan waktu dan pendalaman konteks budaya. Bahasa ini merupakan jembatan penting yang menghubungkan generasi muda dengan warisan leluhur mereka. Melalui setiap kata yang diucapkan, semangat Dayak Bakumpai terus hidup dan berkembang di tengah modernisasi.
Berikut beberapa kata penting yang sering muncul dalam percakapan sehari-hari:
Menguasai kosakata dasar ini akan sangat membantu dalam menyusun kalimat sederhana untuk bertahan hidup atau sekadar menjalin hubungan baik saat mengunjungi komunitas Dayak Bakumpai.