Lompat jauh adalah salah satu nomor atletik tertua dan paling populer yang menguji kombinasi kecepatan, kekuatan, dan teknik. Agar pertandingan berjalan adil dan hasilnya sah, terdapat serangkaian peraturan dasar yang harus dipatuhi oleh setiap atlet. Memahami aturan ini sangat penting, baik bagi peserta maupun penonton, untuk mengapresiasi sepenuhnya dinamika olahraga ini.
Lapangan lompat jauh terbagi menjadi tiga area krusial: lintasan awalan (runway), papan tolakan (take-off board), dan bak pasir pendaratan (landing pit).
Lintasan awalan memiliki panjang minimum yang ditentukan, biasanya sekitar 40 meter, meskipun bisa lebih panjang. Tujuannya adalah memberikan kesempatan kepada atlet untuk membangun kecepatan horizontal maksimal sebelum melakukan tolakan. Aturan utama di sini berkaitan dengan kecepatan dan titik tolakan.
Ini adalah elemen paling vital. Papan tolakan terbuat dari kayu atau bahan keras lainnya dan biasanya memiliki batas akhir yang ditandai dengan garis (seringkali berwarna merah atau hitam) yang disebut 'garis patah'.
Kesalahan (foul) adalah hal yang paling sering menyebabkan lompatan dibatalkan. Pengertian lompatan yang sah sangat bergantung pada bagaimana atlet melewati papan tolakan.
Setelah atlet mendarat, pengukuran dilakukan dari titik terdekat di pasir yang tersentuh oleh bagian tubuh atlet saat mendarat, diukur tegak lurus menuju garis patahan pada papan tolakan.
Meskipun atlet mendarat di bak pasir, cara ia jatuh juga diatur. Pendaratan yang sah mengharuskan atlet mendarat dengan kedua kaki terlebih dahulu, diikuti oleh bagian tubuh lainnya. Jika pendaratan membuat bagian belakang tubuh (seperti pantat) menyentuh pasir lebih dulu sebelum ujung kaki, lompatan tersebut tetap sah asalkan tidak ada bagian tubuh lain yang menyentuh tanah sebelum titik pendaratan yang diukur.
Penting: Setelah mendarat, atlet tidak boleh melangkah mundur kembali ke arah awalan. Gerakan mundur dari titik pendaratan akan diukur dari jejak terdepan yang ditinggalkan atlet saat mencoba bangkit atau mundur.
Dalam kompetisi resmi, setiap atlet biasanya diberikan sejumlah percobaan (misalnya, tiga kali percobaan di babak penyisihan dan tiga kali di babak final). Setelah nama atlet dipanggil, ia memiliki batas waktu tertentu (umumnya 60 detik) untuk menyelesaikan lompatannya. Kegagalan menyelesaikan lompatan dalam batas waktu tersebut akan dihitung sebagai satu kali percobaan yang gagal.
Meskipun bukan peraturan teknis murni, gaya melayang yang digunakan memengaruhi cara atlet mendarat dan jarak yang dicapai. Tiga teknik utama yang dikenal adalah: Menggantung (Hanging Style), Menggunting (Scissor Style), dan Berputar (Hitch-Kick Style). Semua gaya ini diperbolehkan selama aturan tolakan dan pendaratan dipatuhi.
Sebagai kesimpulan, lompat jauh menuntut disiplin tinggi. Kecepatan harus dikonversi secara sempurna menjadi momentum vertikal tanpa melanggar garis tolakan. Penguasaan terhadap peraturan dasar ini memastikan bahwa setiap rekor yang tercipta adalah hasil dari performa atletik murni dan sesuai standar internasional.