Minyak bumi, atau yang sering disebut emas hitam, merupakan sumber energi fosil paling vital bagi peradaban modern. Senyawa hidrokarbon kompleks yang terbentuk dari dekomposisi organisme laut purba selama jutaan tahun ini menjadi tulang punggung industri, transportasi, dan pembangkit listrik. Namun, minyak bumi tidak hadir dalam satu bentuk tunggal; ia bervariasi secara signifikan dalam komposisi, yang menghasilkan beragam jenis jenis minyak bumi dengan kegunaan yang berbeda pula.
Secara umum, klasifikasi minyak bumi didasarkan pada dua faktor utama: berat jenis (API gravity) dan viskositas (kekentalan). Variasi ini sangat menentukan bagaimana minyak tersebut akan diproses di kilang dan produk akhir apa yang akan dihasilkan.
Ilustrasi sederhana pemisahan fraksional minyak mentah.
API Gravity adalah standar pengukuran yang dikembangkan oleh American Petroleum Institute untuk mengklasifikasikan minyak mentah. Semakin tinggi nilai API gravity, semakin ringan minyak tersebut, dan umumnya semakin mudah diolah menjadi produk bernilai tinggi seperti bensin.
Minyak berat memiliki nilai API gravity rendah, biasanya di bawah 22. Minyak ini sangat kental (viscous) dan mengandung lebih banyak sulfur serta senyawa berat seperti aspal. Pengolahannya memerlukan teknologi yang lebih kompleks dan biaya lebih tinggi, seringkali membutuhkan proses *coking* atau pengenceran sebelum dapat dimurnikan lebih lanjut.
Minyak sedang berada di tengah-tengah spektrum, biasanya berkisar antara 22 hingga 34 API. Jenis ini masih memerlukan pemurnian yang signifikan namun lebih mudah dikelola dibandingkan minyak berat. Sebagian besar minyak yang diproduksi secara global masuk dalam kategori ini.
Minyak ringan memiliki API gravity di atas 34, bahkan bisa mencapai 45 atau lebih. Minyak ini lebih cair, memiliki kandungan sulfur yang relatif rendah (disebut juga *sweet crude*), dan sangat diminati karena efisien diubah menjadi bahan bakar transportasi (bensin dan diesel).
Kandungan sulfur adalah faktor penting lainnya karena sulfur harus dihilangkan selama proses pemurnian untuk memenuhi standar emisi lingkungan. Proses penghilangan sulfur ini disebut *desulfurization*.
Ini merujuk pada minyak yang memiliki kadar sulfur rendah (di bawah 0.5% berat). Minyak manis lebih disukai karena proses pemurniannya lebih murah dan menghasilkan lebih sedikit polutan asam.
Minyak asam memiliki kandungan sulfur yang tinggi (di atas 0.5% berat). Meskipun cadangannya mungkin melimpah di beberapa wilayah, minyak asam memerlukan proses hidrogenasi dan desulfurisasi yang intensif, menjadikannya lebih mahal untuk diolah menjadi produk ramah lingkungan.
Setelah melalui proses distilasi fraksional di kilang, minyak mentah dipisahkan menjadi berbagai fraksi yang masing-masing merupakan jenis jenis minyak bumi hasil olahan. Perbedaan pada komposisi awal minyak mentah menentukan komposisi produk akhirnya.
Memahami jenis jenis minyak bumi adalah kunci dalam industri energi. Pilihan minyak mentah yang diproses oleh kilang sangat mempengaruhi profitabilitas, efisiensi operasional, dan kepatuhan terhadap regulasi lingkungan. Karena cadangan minyak ringan dan manis semakin berkurang, fokus industri kini beralih pada optimalisasi teknologi untuk mengolah minyak berat dan asam secara lebih ekonomis.