Gas alam adalah sumber daya energi fosil yang sangat penting bagi peradaban modern. Meskipun sering disebut secara kolektif, gas alam sebenarnya terdiri dari campuran berbagai jenis hidrokarbon dan non-hidrokarbon. Memahami jenis gas alam ini sangat krusial, baik dari segi pemanfaatannya sebagai bahan bakar, bahan baku industri, maupun dalam konteks pengelolaan sumber daya energi.
Secara fundamental, gas alam mentah yang diambil dari reservoir bawah tanah bukanlah zat tunggal. Ia adalah campuran kompleks yang komponen utamanya adalah Metana (CH4). Namun, keberadaan komponen lain menentukan klasifikasi, kualitas, dan cara pengolahannya. Komponen ini terbagi menjadi dua kategori besar: hidrokarbon ringan dan non-hidrokarbon.
Metana adalah komponen dominan, seringkali mencapai 70% hingga lebih dari 95% dari total volume gas alam. Metana adalah hidrokarbon paling sederhana dan merupakan penyumbang utama nilai kalor (nilai energi) dari gas alam. Gas alam yang hampir seluruhnya terdiri dari metana biasanya disebut 'dry gas' atau gas kering karena kandungan cairan yang sangat minim.
NGLs adalah hidrokarbon yang lebih berat daripada metana dan dapat dicairkan pada suhu dan tekanan normal permukaan. NGLs ini sangat berharga sebagai bahan baku petrokimia, bukan hanya sebagai bahan bakar. Jenis-jenis utama NGLs yang termasuk dalam jenis gas alam yang diperkaya meliputi:
Industri mengklasifikasikan gas alam berdasarkan rasio kandungan metana terhadap NGLs. Klasifikasi ini sangat memengaruhi infrastruktur transportasi dan harga jual.
Seperti yang disebutkan, gas kering didominasi oleh metana (umumnya >90%). Gas jenis ini memiliki nilai kalor yang konsisten dan ideal untuk transportasi jarak jauh melalui pipa gas karena risiko kondensasi cairan di dalam pipa sangat rendah. Gas kering sering ditemukan di ladang gas yang lebih tua atau di reservoir yang telah mengalami pemisahan alami selama jutaan tahun.
Gas basah adalah gas alam yang mengandung persentase NGLs yang signifikan (biasanya 5% hingga 15% atau lebih). Gas ini harus melalui proses pemrosesan ekstensif di pabrik pemrosesan gas (Gas Processing Plant) untuk memisahkan etana, propana, dan butana. Setelah dipisahkan, produk sisa yang mayoritas metana (yang kini menjadi gas kering) baru dapat dimasukkan ke jaringan pipa.
Selain hidrokarbon, gas alam mentah juga mengandung beberapa senyawa non-hidrokarbon yang harus dihilangkan karena bersifat korosif, beracun, atau mengurangi nilai kalor. Pengelolaan komponen ini adalah bagian penting dari pemurnian jenis gas alam.
Nitrogen umumnya inert dan tidak menghasilkan energi. Kandungan nitrogen yang tinggi menurunkan Nilai Kalor Total (Total Heating Value). Pada beberapa kasus, nitrogen bahkan perlu dipisahkan sepenuhnya jika spesifikasi konsumen (misalnya, untuk injeksi ke sumur minyak) menuntut kemurnian tinggi.
CO2 adalah gas rumah kaca dan bersifat korosif dalam kondisi tertentu (terutama jika ada air). CO2 harus dihilangkan karena tidak dapat dibakar dan mengurangi efisiensi pembakaran.
Ini adalah komponen yang paling berbahaya. H2S bersifat sangat beracun dan sangat korosif. Gas alam yang mengandung H2S dalam jumlah signifikan disebut 'sour gas' (gas asam) dan harus melalui proses penghilangan sulfur (de-sweetening) secara ketat sebelum dapat didistribusikan.
Kehadiran air harus dikontrol ketat. Jika tidak dihilangkan, air dapat bereaksi dengan H2S atau CO2 membentuk asam korosif atau bahkan membentuk hidrat yang dapat menyumbat pipa.
Mengenali variasi dalam jenis gas alam—mulai dari gas kering yang kaya metana hingga gas basah yang kaya NGLs, serta adanya kontaminan seperti H2S dan CO2—adalah kunci dalam rantai nilai energi. Pemrosesan yang tepat memastikan gas yang sampai ke konsumen aman, efisien, dan memenuhi standar lingkungan serta kualitas yang ditetapkan.