Jenis Bahan Bakar Solar dan Aplikasinya

Solar, atau yang lebih dikenal sebagai Diesel Fuel (DF), merupakan salah satu bahan bakar minyak bumi yang memegang peranan vital dalam sektor transportasi berat, industri, dan kelautan. Berbeda dengan bensin yang digunakan pada mesin busi (spark-ignition), solar digunakan pada mesin diesel yang bekerja berdasarkan kompresi tinggi (compression-ignition). Pemahaman mengenai berbagai jenis bahan bakar solar sangat penting karena perbedaan komposisi dan kualitasnya memengaruhi performa mesin, efisiensi, serta tingkat emisi yang dihasilkan.

Visualisasi Jenis Bahan Bakar Diesel KLASIFIKASI SOLAR Solar Ringan Solar Berat Biodiesel

Memahami Kualitas Bahan Bakar Solar

Kualitas utama yang membedakan satu jenis solar dengan jenis lainnya adalah angka setana (Cetane Number/CN). Angka setana menunjukkan kemampuan bahan bakar untuk menyala secara spontan ketika disemprotkan ke udara panas di ruang bakar mesin diesel. Semakin tinggi angka setana, semakin cepat dan halus pembakaran terjadi, yang berarti performa mesin lebih baik dan emisi lebih rendah. Standar internasional menetapkan bahwa solar yang ideal untuk mesin modern memiliki CN minimal 51.

1. Solar Ringan (Light Diesel Oil - LDO)

Solar ringan adalah jenis bahan bakar diesel yang paling umum dan memiliki kualitas tertinggi. Di Indonesia, ini sering diidentikkan dengan produk seperti DexLite atau Solar Subsidi (sebelum adanya pembatasan). Ciri utamanya adalah memiliki angka setana yang relatif tinggi (biasanya di atas 48) dan kandungan sulfur yang rendah.

2. Solar Standar atau High Speed Diesel (HSD)

HSD adalah standar industri untuk bahan bakar mesin diesel kecepatan tinggi. Di banyak negara, ini adalah bahan bakar yang digunakan secara luas untuk transportasi darat dan industri skala besar. Kualitasnya sedikit di bawah solar ringan premium, namun tetap memenuhi spesifikasi ketat untuk mesin diesel kontemporer.

Di Indonesia, produk yang masuk dalam kategori ini adalah Solar Subsidi (seperti yang kini disalurkan untuk sektor tertentu) dan Solar Non-Subsidi (seperti Pertamina Dex Diesel). Perbedaan mendasar antara keduanya saat ini lebih terletak pada kandungan sulfur dan zat aditifnya, bukan pada jenis dasarnya yang masih merupakan turunan minyak bumi.

3. Solar Berat (Heavy Fuel Oil - HFO)

Berbeda dengan dua jenis sebelumnya, solar berat adalah residu yang lebih kental dan memiliki viskositas tinggi. Bahan bakar ini memiliki angka setana yang jauh lebih rendah dan kandungan sulfur yang sangat tinggi. Oleh karena itu, HFO membutuhkan pemanasan sebelum dapat dipompa dan disemprotkan dengan efektif ke dalam mesin.

Peran Biodiesel dalam Evolusi Bahan Bakar Solar

Mengingat tantangan lingkungan, pengenalan campuran biodiesel menjadi salah satu inovasi penting dalam dunia jenis bahan bakar solar. Biodiesel adalah bahan bakar terbarukan yang dibuat dari minyak nabati (seperti minyak kelapa sawit) atau lemak hewani, yang kemudian melalui proses transesterifikasi.

Di Indonesia, program B30 (campuran 30% biodiesel) dan rencana pengembangan ke B40 atau lebih tinggi, menunjukkan komitmen untuk mengurangi ketergantungan pada solar berbasis fosil. Biodiesel memiliki beberapa keunggulan signifikan:

  1. Keberlanjutan: Sumber daya terbarukan.
  2. Emisi: Dapat mengurangi emisi karbon dioksida (CO2) dan hidrokarbon dibandingkan solar murni.
  3. Pelumasan: Sering kali memberikan sifat pelumasan yang lebih baik bagi komponen sistem injeksi bahan bakar.

Meskipun menawarkan banyak manfaat, penggunaan biodiesel dalam konsentrasi tinggi juga memerlukan perhatian khusus terkait stabilitas penyimpanan dan kompatibilitas dengan material karet pada sistem bahan bakar mesin yang lebih tua.

Kesimpulan

Pemilihan jenis bahan bakar solar harus selalu disesuaikan dengan spesifikasi teknis mesin yang digunakan. Mesin modern yang dilengkapi teknologi injeksi presisi sangat bergantung pada kualitas solar dengan angka setana tinggi dan kandungan sulfur rendah untuk menjaga efisiensi dan umur pakai komponen. Sementara itu, transisi menuju campuran biodiesel adalah langkah penting untuk menciptakan sektor energi yang lebih hijau dan berkelanjutan tanpa mengorbankan daya angkut dan industri yang menjadi tulang punggung perekonomian.