Bahasa isyarat seringkali disalahpahami sebagai bahasa universal. Kenyataannya, sama seperti bahasa lisan, bahasa isyarat sangat beragam dan terikat secara geografis dan budaya. Setiap negara, bahkan wilayah tertentu, memiliki bahasa isyarat yang unik. Memahami jenis bahasa isyarat bukan hanya tentang mempelajari gerakan tangan, tetapi juga melibatkan mimik wajah, gerakan bibir (mouth patterns), dan postur tubuh sebagai komponen tata bahasa yang krusial.
Alasan utama keragaman ini serupa dengan bahasa lisan: isolasi geografis dan perkembangan budaya yang independen. Komunitas Tuli di suatu daerah akan mengembangkan sistem komunikasinya sendiri seiring waktu, yang kemudian diwariskan dari generasi ke generasi melalui pendidikan dan interaksi sosial. Oleh karena itu, seseorang yang menguasai Bahasa Isyarat Amerika (ASL) tidak secara otomatis dapat memahami Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO) atau Bahasa Isyarat Inggris (BSL).
Diperkirakan ada ratusan bahasa isyarat yang berbeda digunakan di seluruh dunia. Meskipun ada upaya standardisasi dan globalisasi melalui teknologi, perbedaan inti dalam kosa kata dan sintaksis tetap menjadi ciri khas utama.
Meskipun daftarnya sangat panjang, beberapa bahasa isyarat telah diakui dan dipelajari secara luas. Mengenal jenis-jenis ini membantu kita menghargai kekayaan linguistik komunitas Tuli:
Selain bahasa isyarat alami yang berkembang secara organik dalam komunitas Tuli, terdapat juga sistem isyarat buatan (man-made signing systems). Perbedaan mendasar terletak pada asal usul dan tujuan penggunaannya:
Ini adalah bahasa sejati, lengkap dengan tata bahasa, sintaksis, morfologi, dan sejarah evolusi komunitas penuturnya. Contohnya adalah ASL, BSL, dan BISINDO. Bahasa alami ini adalah medium komunikasi utama dalam kehidupan sehari-hari komunitas Tuli.
Sistem ini dibuat secara sadar untuk tujuan spesifik, biasanya untuk tujuan pendidikan atau penerjemahan. Tujuannya adalah untuk memetakan struktur tata bahasa dari bahasa lisan (misalnya, Bahasa Indonesia) ke dalam isyarat. Contoh utamanya adalah SIBI di Indonesia atau Signed Exact English (SEE) di AS. Walaupun berguna dalam konteks akademik tertentu, sistem buatan ini seringkali tidak memiliki kekayaan ekspresif dan kompleksitas tata bahasa seperti bahasa isyarat alami.
Kesimpulannya, dunia bahasa isyarat adalah dunia yang luas dan kaya. Setiap isyarat yang dilakukan memiliki konteks historis dan budaya. Mengakui bahwa terdapat berbagai jenis bahasa isyarat adalah langkah pertama menuju inklusivitas dan pemahaman yang lebih baik terhadap komunitas Tuli global.