Ilustrasi Waktu Shalat Subuh
Adzan adalah seruan yang dikumandangkan oleh muadzin untuk memberitahukan masuknya waktu shalat fardhu. Shalat Subuh, yang dilaksanakan saat fajar shadiq (fajar kedua) menyingsing hingga terbitnya matahari, memiliki kekhususan tersendiri. Adzan Subuh mengandung frasa tambahan yang tidak ada pada adzan waktu lainnya, yaitu "Ash-Shalatu Khairum Minan Naum", yang berarti 'Shalat itu lebih baik daripada tidur'.
Frasa ini secara khusus mengingatkan umat Islam akan keutamaan memulai hari dengan ibadah kepada Allah SWT dibandingkan melanjutkan tidur. Mengingat waktu Subuh adalah saat transisi dari kegelapan malam menuju cahaya pagi, seruan ini menjadi pengingat spiritual yang kuat akan tanggung jawab kita sebagai hamba Allah.
Menjawab adzan adalah sunnah muakkad (sunnah yang sangat dianjurkan) bagi setiap muslim yang mendengarnya, baik laki-laki maupun perempuan. Menjawab adzan memiliki keutamaan besar, yaitu mendapatkan syafaat (pertolongan) Nabi Muhammad SAW di hari kiamat kelak.
Secara umum, jawaban untuk setiap lafal adzan adalah sama, kecuali pada lafal "Hayya 'alash-Shalah" (Marilah menuju shalat) dan "Hayya 'alal-Falah" (Marilah menuju kemenangan).
Ketika muadzin mengucapkan "Allahu Akbar", "Asyhadu an laa ilaaha illallah", dan "Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah", maka jawabannya adalah:
"Allahu Akbar, Allahu Akbar" (Allah Maha Besar, Allah Maha Besar)
"Asyhadu an laa ilaaha illallah" (Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah)
"Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah" (Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah)
Di sinilah letak perbedaan utama saat menjawab adzan Subuh. Ketika muadzin mengucapkan:
"Ash-Shalatu Khairum Minan Naum" (Shalat itu lebih baik daripada tidur)
Maka jawaban yang dianjurkan adalah:
"Shadaqta wa Barirta"
Artinya: "Engkau benar dan engkau telah berbuat kebaikan (atau membuktikan kebenaran)."
Para ulama menjelaskan bahwa frasa ini mengandung pengakuan atas kebenaran panggilan tersebut, mengakui bahwa shalat Subuh memang lebih utama daripada melanjutkan tidur yang fana.
Setelah itu, ketika adzan kembali ke lafal "Hayya 'alash-Shalah" dan "Hayya 'alal-Falah", jawabannya kembali seperti biasa:
"Laa haula wa laa quwwata illaa billaah"
Artinya: "Tiada daya dan tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah."
Jawaban ini menunjukkan kerendahan hati dan pengakuan bahwa kita hanya mampu melaksanakan ketaatan dengan izin dan pertolongan dari Allah SWT.
Setelah muadzin menyelesaikan kumandang adzan dan iqamah telah dikumandangkan, seorang muslim dianjurkan untuk membaca doa khusus setelah adzan. Doa ini sama untuk semua waktu shalat, termasuk Subuh. Keutamaan doa ini sangat besar, karena doa yang dibaca di antara adzan dan iqamah adalah doa yang mustajab (cepat dikabulkan oleh Allah).
Doa tersebut adalah:
"Allahumma Rabbah هذه Da'watit-Tammah, wash-Shalatil Qaa'imah, aati Muhammadanil Washeelata wal Fadhilah, wab'atshu Maqamam Mahmudanil-ladzi Wa'adtah."
Artinya: "Ya Allah, Tuhan Pemilik panggilan yang sempurna ini, dan Pemilik shalat yang akan didirikan, berikanlah kepada Muhammad wasilah (perantara) dan fadhilah (keutamaan), dan bangkitkanlah dia pada kedudukan yang terpuji (syafaat) yang telah Engkau janjikan kepadanya."
Mengamalkan tata cara menjawab adzan Subuh secara benar, termasuk mengakui keutamaan shalat di atas tidur melalui lafal "Shadaqta wa Barirta", serta diakhiri dengan doa yang khusyuk, adalah bentuk penghidupan sunnah yang sangat dicintai Allah. Ini adalah cara kita menyambut hari baru dengan kesadaran penuh akan kewajiban tertinggi kita.
Ingatlah bahwa adzan Subuh adalah panggilan kesiapan spiritual. Dengan menjawabnya dengan benar, kita mempersiapkan hati dan jiwa kita untuk menerima keberkahan dari fajar hari yang baru.