Ilustrasi visualisasi bahan bakar cair
Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan salah satu sumber energi utama yang menggerakkan hampir seluruh sektor transportasi dan sebagian industri di dunia. Secara umum, BBM adalah cairan yang diperoleh dari proses pengolahan minyak mentah. Minyak mentah (petroleum) sendiri merupakan sumber daya alam tak terbarukan yang tersimpan di bawah kerak bumi.
Proses pengolahan minyak mentah di kilang menghasilkan berbagai jenis produk dengan sifat dan kegunaan yang spesifik. Setiap produk memiliki fraksi titik didih yang berbeda, yang menentukan karakteristiknya, seperti nilai kalor dan tingkat penguapan.
Memahami contoh bahan bakar minyak sangat penting untuk mengetahui efisiensi dan dampak lingkungan dari penggunaannya. Secara garis besar, BBM yang paling sering kita temui di kehidupan sehari-hari terbagi menjadi beberapa kategori utama:
Bensin adalah BBM yang sangat umum digunakan untuk mesin kendaraan bermotor berbahan bakar bensin (kendaraan penumpang, sepeda motor). Bensin diklasifikasikan berdasarkan angka oktan, yang menunjukkan kemampuan bahan bakar menahan tekanan kompresi tanpa menimbulkan detonasi (ngelitik).
Bahan bakar ini umumnya digunakan untuk mesin diesel, seperti truk, bus, kapal, generator listrik, dan beberapa jenis mobil SUV atau kendaraan berat lainnya. Mesin diesel menggunakan prinsip kompresi udara yang sangat tinggi untuk menyalakan bahan bakar, sehingga solar memiliki kebutuhan angka setana (cetane number) yang tinggi, bukan oktan.
Meskipun berasal dari fraksi minyak bumi, bahan bakar untuk pesawat terbang memiliki spesifikasi yang sangat ketat terkait titik beku, stabilitas pada ketinggian ekstrem, dan keamanan.
Perbedaan mendasar antara bensin dan solar terletak pada cara penyalaan bahan bakar di dalam mesin. Bensin dicampur dengan udara sebelum masuk ke ruang bakar dan dinyalakan oleh busi (spark ignition). Sementara itu, solar disemprotkan ke udara yang sudah sangat panas akibat kompresi tinggi, yang kemudian menyebabkan solar terbakar secara spontan (compression ignition).
Oleh karena perbedaan mekanisme pembakaran ini, komposisi kimia dan stabilitas kedua jenis BBM ini sangat berbeda. Bensin lebih volatil (mudah menguap) dan memiliki rantai hidrokarbon yang lebih pendek dibandingkan dengan solar. Inilah sebabnya mengapa solar cenderung memiliki viskositas (kekentalan) yang sedikit lebih tinggi dan menghasilkan lebih banyak asap jika pembakarannya tidak sempurna.
Sebagai sumber energi berbasis fosil, penggunaan BBM memiliki dampak signifikan terhadap lingkungan, terutama emisi gas rumah kaca seperti karbon dioksida (CO2) dan polutan udara lainnya. Oleh karena itu, banyak negara, termasuk Indonesia, gencar mendorong transisi energi. Salah satu upaya yang dilakukan adalah mencampurkan bahan bakar nabati (biofuel) ke dalam BBM fosil.
Misalnya, program B30 atau B40 pada solar berarti mencampurkan 30% atau 40% minyak sawit mentah (CPO) yang telah diolah menjadi biodiesel ke dalam solar berbasis minyak bumi. Langkah ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada minyak mentah impor sekaligus memberikan nilai tambah bagi produk perkebunan domestik. Meskipun demikian, penelitian terus berlanjut untuk menemukan alternatif yang lebih ramah lingkungan, seperti hidrogen atau listrik, yang diharapkan dapat menggantikan dominasi contoh bahan bakar minyak di masa mendatang.