Visualisasi sederhana proses transesterifikasi.
Biodiesel adalah bahan bakar nabati yang semakin populer sebagai alternatif energi terbarukan pengganti solar (BBM berbasis minyak bumi). Pembuatannya relatif sederhana, namun memerlukan ketelitian tinggi dalam pengukuran bahan baku dan pengendalian reaksi. Artikel ini akan memaparkan cara pembuatan biodiesel menggunakan metode transesterifikasi yang paling umum.
Kualitas biodiesel sangat bergantung pada bahan baku yang digunakan. Bahan baku harus mengandung kadar asam lemak bebas (ALB) yang rendah agar proses transesterifikasi berjalan efisien.
Dua bahan kimia esensial dalam reaksi transesterifikasi adalah:
Catatan Keamanan: Metanol sangat mudah terbakar dan beracun. Gunakan selalu Alat Pelindung Diri (APD) seperti sarung tangan, kacamata pelindung, dan bekerja di area berventilasi baik.
Proses ini mengubah trigliserida (minyak) menjadi metil ester (biodiesel) dan gliserol (produk samping) dengan bantuan katalis.
Jika menggunakan minyak jelantah, minyak harus dimurnikan terlebih dahulu:
Metoksida dibuat dengan mencampurkan metanol dengan katalis basa (KOH/NaOH).
Setelah proses pemisahan, akan terbentuk dua lapisan:
Setelah lapisan gliserol dibuang, biodiesel harus dicuci (washing) menggunakan air hangat bersih untuk menghilangkan sisa-sisa katalis dan sabun yang masih menempel. Proses pencucian ini diulang beberapa kali hingga pH biodiesel mendekati netral.
Biodiesel yang telah dicuci harus dikeringkan. Pemanasan lembut (sekitar 100°C) sambil diaduk akan menguapkan sisa air yang terperangkap dalam biodiesel, menghasilkan produk akhir yang jernih dan siap digunakan.
Cara pembuatan biodiesel secara umum melalui proses transesterifikasi adalah metode yang teruji. Meskipun langkahnya tampak teknis, dengan peralatan sederhana dan kepatuhan pada rasio stoikiometri serta kontrol suhu yang baik, siapa pun dapat memproduksi bahan bakar nabati yang ramah lingkungan ini di skala laboratorium atau skala kecil.