Ayam alas, atau yang sering dikenal sebagai ayam hutan, adalah salah satu satwa liar yang menarik namun juga rentan terhadap berbagai ancaman. Bagi para pengamat burung, peneliti, atau bahkan masyarakat lokal yang ingin memahami perilaku mereka lebih dekat, membuat jebakan yang efektif namun tetap memperhatikan aspek keamanan dan keberlanjutan menjadi kunci. Artikel ini akan membahas secara mendalam mengenai cara membuat jebakan ayam alas yang tidak membahayakan satwa liar.
Sebelum merancang jebakan, penting untuk memahami kebiasaan ayam alas. Mereka umumnya aktif di pagi dan sore hari, mencari makan berupa biji-bijian, serangga, buah-buahan kecil, dan daun-daunan. Ayam alas cenderung hidup di kawasan hutan yang lebat dan jarang terjamah manusia. Mereka juga memiliki naluri kewaspadaan yang tinggi terhadap predator dan suara asing.
Hal terpenting dalam membuat jebakan ayam alas adalah memastikan bahwa jebakan tersebut tidak menimbulkan cedera, stres berlebihan, atau bahkan kematian pada satwa. Jebakan harus didesain agar hanya menangkap hewan target dan mudah dilepaskan kembali jika diperlukan. Menggunakan bahan yang aman, tidak beracun, dan menghindari desain yang dapat menjerat bagian tubuh penting seperti leher atau kaki adalah keharusan.
Ada beberapa jenis jebakan yang bisa dipertimbangkan, namun yang paling aman dan etis untuk ayam alas adalah jebakan kandang atau jebakan hidup (live trap). Jebakan ini dirancang untuk mengurung hewan tanpa menyakitinya.
Jebakan ini berbentuk kotak yang terbuat dari kawat ram atau bahan serupa yang kuat namun memiliki celah yang cukup besar agar udara bisa masuk. Pintu jebakan akan tertutup secara otomatis ketika ayam alas masuk dan memicu mekanisme pemicu.
Jebakan ini memiliki corong masuk yang dirancang agar hewan mudah masuk tetapi sulit keluar. Bentuknya menyerupai kerucut dengan lubang di ujungnya yang mengarah ke dalam kandang.
Penempatan umpan sangat krusial. Gunakan umpan yang disukai ayam alas, seperti biji-bijian (jagung, padi), buah-buahan (pisang, pepaya), atau serangga hidup. Sebarkan sedikit umpan di luar jebakan untuk menarik perhatian, lalu letakkan umpan utama di bagian belakang jebakan, tepat di dekat mekanisme pemicu.
Pilih lokasi penempatan jebakan yang strategis. Cari area yang sering dilalui ayam alas, seperti dekat sumber air, jalur mereka mencari makan, atau di tepi hutan yang berdekatan dengan ladang. Hindari menempatkan jebakan di dekat area yang banyak aktivitas manusia untuk mengurangi stres pada hewan.
Jebakan harus dipantau secara teratur, minimal dua kali sehari (pagi dan sore). Membiarkan hewan terperangkap terlalu lama dapat menyebabkan dehidrasi, stres berat, atau bahkan kematian. Jika Anda berniat menangkap ayam alas untuk tujuan studi, pastikan Anda memiliki izin yang diperlukan dan protokol yang jelas untuk menangani hewan setelah tertangkap.
Saat memeriksa jebakan, lakukan dengan tenang dan hindari membuat suara gaduh. Jika ada ayam alas yang tertangkap, perlakukan dengan hati-hati. Lepaskan kembali di lokasi yang aman jika tujuannya bukan penangkapan ilmiah.
Penting untuk diingat bahwa di banyak wilayah, menangkap satwa liar tanpa izin adalah ilegal dan dapat dikenakan sanksi. Pastikan Anda memahami peraturan perundang-undangan yang berlaku terkait konservasi satwa liar di daerah Anda sebelum membuat atau menggunakan jebakan.
Prioritaskan kesejahteraan satwa. Tujuan utama pembuatan jebakan seharusnya untuk penelitian yang bertanggung jawab atau untuk keperluan konservasi yang disetujui. Menggunakan jebakan yang aman dan memastikan pelepasan kembali yang aman adalah bentuk penghormatan kita terhadap keanekaragaman hayati.