Memahami Bahaya Kerja Ergonomi dan Dampaknya pada Kesehatan

LAYAR Postur Kerja Berisiko

Ilustrasi Postur Kerja Tidak Ergonomis

Ergonomi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara manusia dan elemen lain dari suatu sistem, serta penerapan teori, prinsip, data, dan metode dalam perancangan untuk mengoptimalkan kesejahteraan manusia dan kinerja sistem secara keseluruhan. Dalam konteks lingkungan kerja, ergonomi sangat krusial untuk mencegah cedera dan meningkatkan produktivitas. Namun, ketika aspek ergonomi diabaikan, muncul berbagai **bahaya kerja ergonomi** yang mengancam kesehatan pekerja.

Apa Itu Bahaya Kerja Ergonomi?

Bahaya ergonomi merujuk pada kondisi atau situasi kerja yang menyebabkan ketegangan fisik yang berlebihan, gerakan berulang, postur tubuh yang tidak wajar, atau paparan getaran yang dapat menyebabkan gangguan muskuloskeletal (MSDs). MSDs adalah masalah kesehatan yang memengaruhi otot, tendon, saraf, tulang rawan, dan diskus di tulang belakang. Risiko ini sering kali tidak terlihat secara instan, namun dampaknya dapat bersifat kronis dan merusak kualitas hidup pekerja dalam jangka panjang.

Jenis-jenis Utama Bahaya Ergonomi

Ada beberapa faktor utama yang berkontribusi pada munculnya bahaya ergonomi di tempat kerja:

1. Postur Kerja yang Canggung dan Tidak Wajar

Ini terjadi ketika pekerja harus bekerja dalam posisi yang memaksa tubuhnya berada di luar jangkauan gerak yang nyaman. Contohnya termasuk membungkuk terus-menerus saat mengangkat barang, memutar badan secara berlebihan saat bekerja di lini perakitan, atau menengadah (melihat ke atas) dalam waktu lama saat memperbaiki langit-langit. Postur yang dipaksakan ini meningkatkan tekanan pada persendian dan jaringan lunak.

2. Gerakan Berulang (Repetitive Motion)

Pekerjaan yang menuntut gerakan anggota tubuh yang sama secara terus-menerus tanpa jeda pemulihan yang memadai sangat berisiko. Jenis pekerjaan ini umum ditemukan pada pekerjaan kantor dengan mengetik intensif atau pekerjaan pabrik yang melibatkan perakitan cepat. Gerakan berulang dapat menyebabkan iritasi pada tendon dan saraf, yang sering berujung pada sindrom terowongan karpal (carpal tunnel syndrome).

3. Gaya atau Kekuatan Berlebihan (Forceful Exertion)

Menerapkan tenaga yang besar atau berulang kali, seperti mendorong, menarik, mengangkat beban berat, atau memegang alat yang membutuhkan cengkeraman kuat. Beban statis yang tinggi ini dapat menyebabkan ketegangan otot dan kelelahan dini, terutama di bahu, punggung bawah, dan tangan.

4. Kontak Tekanan (Contact Stress)

Terjadi ketika bagian tubuh bersentuhan langsung dan keras dengan tepi tajam dari suatu objek atau permukaan kerja. Contohnya adalah bersandar pada tepi meja yang keras saat bekerja atau menggunakan alat genggam yang desainnya kurang sesuai, yang dapat menekan saraf atau pembuluh darah.

5. Getaran (Vibration)

Pekerja yang menggunakan alat-alat bertenaga seperti bor, gerinda, atau mesin berat terpapar getaran. Getaran yang berkepanjangan dapat mengurangi kekuatan genggaman, menyebabkan mati rasa, dan dalam kasus ekstrem, memicu kondisi seperti Raynaud's phenomenon (jari putih akibat gangguan peredaran darah).

Dampak Negatif Bahaya Ergonomi

Mengabaikan bahaya ergonomi memiliki konsekuensi serius, baik bagi pekerja maupun perusahaan:

Mencegah Bahaya Ergonomi: Kunci Lingkungan Kerja yang Aman

Pencegahan adalah strategi terbaik. Pengusaha dan pekerja harus berkolaborasi dalam menerapkan prinsip ergonomi. Solusi utamanya adalah melakukan modifikasi pada stasiun kerja dan cara kerja:

  1. Evaluasi Risiko: Identifikasi tugas mana yang paling berisiko tinggi terhadap MSDs.
  2. Desain Stasiun Kerja: Pastikan kursi, meja, dan tata letak peralatan mendukung postur netral (punggung tegak, siku pada sudut 90-100 derajat, pergelangan tangan lurus).
  3. Rotasi Tugas: Menerapkan rotasi pekerjaan untuk mengurangi pengulangan gerakan pada satu kelompok otot.
  4. Istirahat Terjadwal: Mendorong pekerja mengambil istirahat singkat dan melakukan peregangan ringan secara berkala (setiap 30-60 menit).
  5. Pelatihan: Memberikan edukasi berkelanjutan mengenai teknik mengangkat yang benar, postur tubuh yang sehat, dan pentingnya melaporkan ketidaknyamanan awal.

Dengan memprioritaskan ergonomi, lingkungan kerja tidak hanya menjadi lebih aman, tetapi juga lebih efisien dan mendukung kesejahteraan jangka panjang semua personel.