Mengenal Bahasa Mamuju: Jendela Budaya Sulawesi Barat

Simbol Bahasa & Budaya

Bahasa Mamuju, atau sering juga disebut sebagai bahasa Mandar Mamuju (meskipun dalam linguistik modern sering diklasifikasikan berbeda dari Mandar inti), adalah salah satu kekayaan linguistik yang menghiasi gugusan bahasa di Pulau Sulawesi, khususnya di wilayah Sulawesi Barat. Sebagai identitas utama masyarakat di sekitar Kabupaten Mamuju, bahasa ini tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi sehari-hari, tetapi juga sebagai wadah utama pelestarian nilai-nilai adat, sejarah lisan, dan kearifan lokal masyarakat Mandar di pesisir barat Sulawesi.

Secara umum, bahasa Mamuju termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia, dan memiliki kedekatan leksikal serta tata bahasa dengan bahasa-bahasa rumpun Pitu Ba'bba' (tujuh bahasa bersaudara) di Sulawesi Selatan dan Barat, seperti Bahasa Mandar, Toraja, dan Makassar. Namun, seperti bahasa-bahasa minoritas lainnya, Bahasa Mamuju memiliki kekhasan tersendiri yang membedakannya dari dialek atau bahasa tetangganya. Kekhasan ini terletak pada fonologi, leksikon spesifik, serta struktur sintaksis tertentu yang hanya dipahami secara utuh oleh penuturnya.

Struktur dan Keunikan Linguistik

Salah satu tantangan dalam mempelajari Bahasa Mamuju adalah variasi dialek yang mungkin muncul antarwilayah di dalam kawasan Mamuju sendiri. Meskipun demikian, struktur dasarnya cenderung mengikuti pola bahasa-bahasa di sekitarnya, yang dikenal cukup kaya akan imbuhan (afiksasi) yang berfungsi untuk mengubah makna kata dasar secara signifikan.

Misalnya, dalam banyak bahasa di Sulawesi Barat, penanda waktu, aspek, dan hubungan gramatikal sering kali dilekatkan pada kata kerja atau nomina. Meskipun penelitian mendalam mengenai tata bahasa Mamuju secara komprehensif masih terbatas dibandingkan bahasa-bahasa besar lainnya, observasi awal menunjukkan bahwa bahasa ini mempertahankan kekayaan kosakata yang terkait erat dengan lingkungan maritim dan agraris. Kosakata untuk jenis ikan tertentu, kondisi cuaca laut, dan tata cara upacara adat sering kali memiliki padanan kata yang spesifik dalam Bahasa Mamuju.

Bahasa Mamuju dalam Konteks Sosial Budaya

Peran Bahasa Mamuju sangat vital dalam menjaga kohesi sosial masyarakat Mamuju. Bahasa ini digunakan dalam konteks formal (seperti pertemuan adat atau ritual keagamaan lokal) dan informal. Dalam konteks adat, penggunaan bahasa yang tepat, termasuk penggunaan tingkatan bahasa (jika ada sistem honorifik yang jelas), menunjukkan penghormatan kepada tokoh adat atau orang yang lebih tua. Kegagalan dalam memahami nuansa ini dapat memicu kesalahpahaman sosial.

Tradisi lisan seperti sureq (tulisan lontar tradisional, meskipun lebih dominan di Mandar pesisir) atau nyanyian daerah (londong biik) sering kali diwariskan dalam bahasa daerah. Bahasa Mamuju menjadi medium untuk melestarikan syair-syair kuno yang menceritakan kepahlawanan leluhur atau filosofi hidup masyarakat pesisir.

Ancaman dan Upaya Pelestarian

Seperti banyak bahasa daerah di Indonesia, Bahasa Mamuju menghadapi tantangan serius dari dominasi bahasa nasional, yaitu Bahasa Indonesia, dan penggunaan bahasa global di media digital. Generasi muda saat ini cenderung lebih fasih berbahasa Indonesia, dan penggunaan Bahasa Mamuju sering kali terbatas pada lingkungan rumah tangga atau interaksi dengan generasi yang lebih tua. Akibatnya, ada kekhawatiran akan terjadinya peralihan bahasa (language shift) secara bertahap.

Upaya pelestarian perlu dilakukan secara kolektif. Beberapa langkah penting meliputi:

Melindungi Bahasa Mamuju berarti melindungi identitas kolektif masyarakat Sulawesi Barat. Bahasa ini adalah arsip hidup yang merefleksikan sejarah interaksi mereka dengan alam dan sesama manusia. Keberlangsungan bahasa ini adalah barometer keberhasilan masyarakat dalam menjaga warisan budayanya di tengah arus modernisasi yang deras.