Dalam komunikasi sehari-hari, "lupa" adalah kata yang sering kita ucapkan. Kita lupa meletakkan kunci, lupa janji temu, atau bahkan lupa nama seseorang. Dalam dunia komunikasi bagi komunitas Tuli dan mereka yang menggunakan Bahasa Isyarat, konsep bahasa isyarat lupa memiliki representasi visual yang spesifik dan mudah dikenali.
Memahami isyarat untuk konsep abstrak seperti "lupa" sangat penting untuk memastikan komunikasi yang efektif dan inklusif. Jika kita tidak dapat menyampaikan bahwa kita tidak mengingat sesuatu, hambatan komunikasi akan muncul, yang bisa menyebabkan kesalahpahaman serius, terutama dalam situasi penting seperti instruksi medis atau navigasi.
Sama seperti bahasa lisan yang memiliki dialek dan variasi regional, bahasa isyarat juga memiliki perbedaan dalam cara mengekspresikan "lupa" antar negara atau bahkan antar komunitas di dalam satu negara. Namun, ada beberapa pola umum yang sering digunakan untuk mengindikasikan kehilangan memori sesaat.
Salah satu cara yang paling universal adalah dengan menggabungkan gerakan yang menyimbolkan kekosongan atau ketidakmampuan pikiran untuk mengakses informasi tersebut. Isyarat ini sering melibatkan tangan yang bergerak menjauh dari dahi atau kepala dengan gerakan seperti menyapu atau membuka telapak tangan secara tiba-tiba, menandakan bahwa informasi tersebut telah "keluar" atau "tidak ada di sana."
Gerakan lain yang menyerupai memegang kepala sejenak, diikuti dengan ekspresi wajah yang menunjukkan kebingungan atau kaget ringan, seringkali memperkuat makna dari isyarat tersebut. Ekspresi wajah (non-manual markers) adalah komponen vital dalam bahasa isyarat. Tanpa ekspresi yang tepat, isyarat "lupa" bisa disalahartikan menjadi "tidak peduli" atau "tidak mengerti."
Dalam konteks bahasa isyarat lupa, ekspresi wajah berfungsi sebagai penguat gramatikal dan emosional. Ketika seseorang ingin mengatakan, "Saya benar-benar lupa apa yang Anda katakan tadi," mereka tidak hanya mengandalkan gerakan tangan. Alis yang sedikit berkerut, mata yang melebar sesaat, dan mulut yang sedikit terbuka menunjukkan kejujuran atas keadaan lupa mereka.
Jika seseorang menggunakan isyarat lupa namun dengan ekspresi datar atau senyum, penerima isyarat mungkin berpikir bahwa itu adalah candaan atau penolakan halus. Oleh karena itu, bagi mereka yang baru belajar bahasa isyarat, memperhatikan ekspresi wajah sama pentingnya dengan mempelajari bentuk tangan (handshape) dan lokasinya.
Terkadang, orang yang baru mempelajari bahasa isyarat mungkin lupa bagaimana cara melakukan isyarat "lupa" itu sendiri. Ini adalah situasi yang ironis namun sering terjadi. Dalam kasus seperti ini, komunitas bahasa isyarat sangat menghargai usaha untuk berkomunikasi.
Anda bisa menggunakan isyarat deskriptif. Misalnya, menunjuk ke dahi, lalu membuka kedua telapak tangan ke depan seolah-olah menunjukkan kekosongan, sambil mengerutkan kening. Penggunaan konteks lisan (jika Anda juga berbicara) atau menunjuk benda yang terlupakan dapat membantu menjembatani kekosongan komunikasi.
Proses belajar bahasa isyarat adalah perjalanan yang berkelanjutan. Menguasai isyarat untuk konsep-konsep sehari-hari seperti "lupa" adalah langkah besar menuju kefasihan. Ini menunjukkan kemampuan untuk berbagi pengalaman manusia yang universal—yaitu, momen ketika pikiran kita sejenak kosong.
Perlu dicatat bahwa budaya Tuli sangat menghargai memori dan penceritaan. Karena akses ke media visual terbatas di masa lalu, banyak informasi diwariskan melalui narasi yang disampaikan menggunakan bahasa isyarat. Oleh karena itu, isyarat yang menunjukkan keraguan atau lupa mendapat perhatian khusus. Ketika seseorang mengisyaratkan lupa, isyarat tersebut biasanya disampaikan dengan rasa hormat terhadap pentingnya informasi yang hilang.
Singkatnya, isyarat untuk "lupa" adalah jembatan penting yang menghubungkan keadaan mental kita yang terkadang tidak sempurna dengan komunikasi kita. Memahami variasi dan pentingnya non-manual markers dalam isyarat ini akan memperkaya interaksi Anda dengan komunitas Tuli dan memungkinkan komunikasi yang lebih mendalam dan jujur mengenai keterbatasan memori kita.