Memahami Bahan Bakar untuk Pesawat Terbang Adalah Kunci Penerbangan Aman

Fuel

Visualisasi umum energi yang menggerakkan penerbangan.

Salah satu pertanyaan mendasar dalam dunia penerbangan adalah mengenai bahan bakar untuk pesawat terbang adalah apa yang sesungguhnya menjadi sumber tenaga utama mereka. Jawabannya cenderung mengarah pada satu jenis cairan yang sangat spesifik, yaitu Avtur atau Jet Fuel. Namun, perjalanannya dari kilang minyak hingga tangki sayap pesawat melibatkan ilmu material, kimia, dan regulasi keselamatan yang sangat ketat.

Avtur: Tulang Punggung Penerbangan Modern

Secara umum, hampir semua pesawat komersial modern yang menggunakan mesin jet (turbofan atau turbojet) bergantung pada jenis bahan bakar yang dikenal sebagai Jet A atau Jet A-1. Di Indonesia dan banyak negara lain, ini sering disebut sebagai Avtur (Aviation Turbine Fuel). Secara kimiawi, Avtur adalah minyak tanah yang sangat dimurnikan. Proses pemurnian ini krusial karena bahan bakar harus memenuhi standar performa dan keamanan yang ekstrem. Dibandingkan dengan bahan bakar kendaraan darat, Avtur harus memiliki rentang titik beku yang sangat rendah (terutama Jet A-1 yang dapat mencapai -47°C) agar tidak membeku pada ketinggian jelajah yang sangat dingin.

Perbedaan utama antara bahan bakar mobil (bensin) dan Avtur terletak pada sifat pembakarannya. Mesin jet bekerja dengan mengkompresi udara, mencampurnya dengan bahan bakar, dan membakarnya secara terus menerus dalam ruang bakar (combustor). Oleh karena itu, stabilitas termal dan viskositas bahan bakar harus sempurna untuk memastikan pembakaran yang efisien tanpa menyebabkan korosi atau endapan di dalam turbin yang berputar dengan kecepatan sangat tinggi.

Bahan Bakar pada Pesawat Propeller (Piston Engine)

Meskipun pesawat jet mendominasi langit komersial, penting untuk dicatat bahwa pesawat kecil, pesawat latih, dan beberapa pesawat militer masih menggunakan mesin piston, mirip dengan mesin mobil, meskipun dengan spesifikasi yang jauh lebih tinggi. Untuk mesin jenis ini, bahan bakar untuk pesawat terbang adalah Avgas (Aviation Gasoline) atau yang dikenal sebagai Murni 100LL (Low Lead). Avgas memiliki oktan yang jauh lebih tinggi daripada bensin biasa karena mesin piston pesawat beroperasi pada rasio kompresi yang sangat tinggi untuk menghasilkan tenaga maksimal sambil menjaga bobot tetap ringan.

Penggunaan timbal (lead) dalam Avgas telah menjadi isu lingkungan dan kesehatan yang signifikan, mendorong industri untuk terus mencari alternatif bahan bakar penerbangan bebas timbal (Unleaded Avgas) yang kompatibel dengan mesin piston yang ada.

Kualitas dan Pengujian yang Ketat

Keselamatan adalah prioritas utama dalam penerbangan, dan ini sangat memengaruhi standar bahan bakar. Sebelum ditransfer ke tangki pesawat, setiap batch bahan bakar harus melewati serangkaian pengujian ketat yang diatur oleh standar internasional seperti ASTM (American Society for Testing and Materials). Pengujian ini mencakup pemeriksaan titik nyala (flash point), viskositas, korosi, dan yang terpenting, kandungan air serta kotoran. Kotoran sekecil apa pun dapat merusak pompa bahan bakar atau, lebih buruk lagi, menyumbat jalur injektor pada suhu rendah.

Proses pengisian bahan bakar di bandara juga diawasi ketat. Truk tanker atau sistem hydrant di bawah apron bandara harus memastikan tidak ada kontaminasi silang. Operator harus melakukan "water finding" atau pengujian air pada setiap titik pengisian untuk memastikan integritas bahan bakar sebelum diizinkan masuk ke dalam pesawat penumpang.

Masa Depan: Sustainable Aviation Fuel (SAF)

Industri penerbangan menghadapi tekanan besar untuk mengurangi jejak karbonnya. Dalam konteks ini, pertanyaan tentang bahan bakar untuk pesawat terbang adalah kini mulai mencakup solusi berkelanjutan. Sustainable Aviation Fuel (SAF) muncul sebagai solusi paling menjanjikan jangka menengah. SAF diproduksi dari sumber daya terbarukan, seperti minyak jelantah, biomassa alga, atau bahkan limbah pertanian. Secara kimia, SAF dapat dicampur hingga persentase tertentu dengan Jet A konvensional tanpa memerlukan modifikasi mesin.

Penggunaan SAF bertujuan untuk mengurangi emisi karbon siklus hidup hingga 80% dibandingkan dengan Avtur berbasis fosil. Meskipun tantangan utama SAF saat ini adalah skala produksi dan biaya yang masih tinggi, banyak maskapai besar telah berkomitmen untuk meningkatkan penggunaan SAF mereka dalam beberapa dekade mendatang sebagai langkah konkret menuju penerbangan netral karbon.

Kesimpulannya, bahan bakar untuk pesawat terbang adalah elemen vital yang menjamin bahwa mesin jet dapat beroperasi dengan tenaga besar pada kondisi ekstrem, baik itu Avtur untuk jet komersial maupun Avgas untuk pesawat piston. Dan di masa depan, evolusi bahan bakar ini menuju SAF akan menentukan keberlanjutan seluruh sektor transportasi udara global.