Panduan Lengkap Mengenal Bahan Bakar Solar

SOLAR Mesin Diesel Distribusi Bahan Bakar Penggunaan Efisien Ilustrasi sistem bahan bakar solar

Apa Itu Bahan Bakar Solar?

Bahan bakar solar, sering juga disebut Diesel, adalah campuran hidrokarbon cair yang diperoleh dari proses penyulingan minyak mentah. Secara kimiawi, solar memiliki titik didih yang lebih tinggi dibandingkan bensin, membuatnya lebih berat dan berminyak. Di Indonesia, bahan bakar ini diatur ketat oleh pemerintah dan memiliki beberapa jenis yang berbeda, terutama berdasarkan kandungan sulfurnya (kadar belerang).

Solar digunakan terutama sebagai bahan bakar utama untuk mesin diesel. Mesin ini bekerja berdasarkan prinsip kompresi (pembakaran kompresi) di mana udara dikompresi hingga suhu tinggi, kemudian bahan bakar solar disemprotkan ke dalam ruang bakar, menyebabkan pembakaran spontan tanpa memerlukan busi seperti pada mesin bensin.

Jenis-Jenis Bahan Bakar Solar di Indonesia

Regulasi pemerintah Indonesia menentukan standar kualitas bahan bakar solar yang beredar di masyarakat dan industri. Perbedaan utama terletak pada kadar sulfur (belerang) yang mempengaruhi emisi gas buang dan kualitas lingkungan.

Kegunaan Utama Bahan Bakar Solar

Keunggulan mesin diesel dalam hal efisiensi bahan bakar dan torsi yang besar menjadikannya pilihan utama di berbagai sektor berat:

  1. Transportasi Berat: Truk logistik, bus antar kota, dan kereta api hampir seluruhnya mengandalkan solar karena kebutuhan daya tarik (torsi) yang tinggi untuk mengangkut beban berat dalam jarak jauh.
  2. Sektor Kelautan dan Perikanan: Kapal laut, baik kapal kargo besar maupun kapal nelayan, membutuhkan mesin diesel yang andal dan efisien bahan bakar untuk operasi di lautan.
  3. Industri dan Pembangkit Listrik: Banyak pabrik dan fasilitas industri menggunakan mesin diesel sebagai sumber daya cadangan (genset) atau sebagai penggerak utama mesin-mesin berat seperti ekskavator, buldoser, dan alat berat konstruksi lainnya.
  4. Pembangkit Listrik Darurat: Di daerah terpencil atau sebagai backup listrik, genset berbahan bakar solar masih menjadi solusi yang dominan karena kemudahan penyimpanan dan ketersediaan.

Dampak Lingkungan dan Inovasi

Penggunaan bahan bakar solar secara historis menimbulkan kekhawatiran terkait emisi gas buang, terutama partikulat (jelaga) dan sulfur dioksida (SO2). Sulfur dalam solar dapat menyebabkan hujan asam dan polusi udara jika tidak dikelola dengan baik.

Menanggapi hal ini, inovasi terus dilakukan. Salah satu langkah besar adalah implementasi program B30 (30% biodiesel). Dengan mencampurkan FAME, emisi karbon dioksida dapat dikurangi, dan solar menjadi sumber energi yang lebih terbarukan. Selain itu, peningkatan standar kualitas solar non-subsidi ke standar Euro 4 dan Euro 5 memastikan bahwa mesin diesel modern yang beroperasi dengan bahan bakar rendah sulfur menghasilkan emisi yang jauh lebih bersih.

Meskipun demikian, transisi menuju kendaraan listrik terus berjalan. Namun, untuk sektor logistik dan alat berat yang membutuhkan daya tahan energi tinggi, bahan bakar solar yang semakin ramah lingkungan akan tetap memegang peranan krusial di masa mendatang.