Ayam Pelung, salah satu ras ayam asli Indonesia yang berasal dari daerah Cianjur, Jawa Barat, dikenal bukan hanya karena postur tubuhnya yang besar dan megah, tetapi juga karena keunikan suara kokoknya yang khas. Berbeda dengan ayam kampung pada umumnya, kokok ayam Pelung memiliki nada, irama, dan durasi yang jauh lebih panjang dan merdu. Namun, bagaimana sebenarnya proses ayam pelung belajar berkokok? Apakah suara merdu ini sudah terbentuk sejak lahir atau melalui tahapan pembelajaran?
Proses belajar berkokok pada ayam, termasuk ayam Pelung, merupakan fenomena alami yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, mulai dari genetika hingga lingkungan. Ayam jantan muda, yang biasa disebut sebagai "pama" atau "ayam dara jantan", akan mulai menunjukkan naluri berkokok seiring dengan kematangan seksualnya. Periode ini biasanya terjadi pada usia sekitar 3 hingga 6 bulan, tergantung pada jenis dan kondisi pertumbuhannya.
Pada awalnya, kokok ayam Pelung jantan mungkin terdengar kurang sempurna, bahkan cenderung "fals" atau tidak beraturan. Ini adalah tahap awal di mana organ vokal mereka sedang berkembang dan mereka mencoba mengkoordinasikan suara. Ayam jantan akan mulai meniru suara kokok ayam jantan lain yang lebih tua di sekitarnya. Mereka akan memperhatikan pola nada, panjang suara, dan ritme yang dikeluarkan oleh para "senior" mereka.
Proses imitasi ini sangat penting. Ayam jantan yang lebih muda akan berlatih secara mandiri maupun di hadapan ayam jantan dewasa. Kadang-kadang, mereka akan mencoba berkokok saat mendengar kokok ayam lain, atau bahkan saat mereka merasa terstimulasi oleh sesuatu, seperti datangnya fajar, kehadiran ayam betina, atau adanya ancaman.
Kualitas akhir dari kokok ayam Pelung tidak hanya ditentukan oleh kemampuan belajar, tetapi juga oleh beberapa faktor krusial:
Suara kokok ayam Pelung yang khas ini seringkali dikategorikan berdasarkan nada dan iramanya. Ada yang berbunyi "ong" panjang di awal, diikuti dengan nada yang lebih tinggi dan berulang-ulang, kemudian diakhiri dengan nada yang merendah. Durasi kokoknya bisa mencapai 5 hingga 15 detik, bahkan lebih. Inilah yang membedakannya dari kokok ayam lain yang biasanya lebih singkat dan monoton.
Keunikan suara kokok ayam Pelung tidak hanya menjadikannya menarik bagi para penghobi, tetapi juga memiliki nilai ekonomi tersendiri. Dalam berbagai kontes ayam pelung, kualitas kokok menjadi salah satu kriteria penilaian utama, selain postur dan keindahan bulu. Ayam dengan kokok yang istimewa bisa memiliki nilai jual yang sangat tinggi.
Selain itu, ayam Pelung juga berperan dalam pelestarian plasma nutfah asli Indonesia. Upaya pembudidayaan yang serius memastikan bahwa ras ayam unik ini tidak punah dan terus lestari untuk generasi mendatang. Proses ayam pelung belajar berkokok adalah bagian dari siklus kehidupan yang menarik untuk diamati, menunjukkan bagaimana naluri alami berpadu dengan pembelajaran lingkungan.
Bagi Anda yang tertarik memelihara ayam Pelung, bersabarlah mengamati proses pertumbuhan mereka. Suara kokok yang merdu dan gagah dari ayam Pelung jantan adalah hasil dari tahapan perkembangan yang alami, di mana mereka terus belajar dan menyempurnakan seni berkokok mereka.