Audit kas adalah prosedur penting dalam siklus akuntansi perusahaan yang bertujuan untuk memverifikasi keakuratan dan keabsahan saldo kas yang tercatat dalam pembukuan dibandingkan dengan kas fisik yang tersedia. Kas, sebagai aset paling likuid dan rentan terhadap penyalahgunaan, menuntut pengawasan ketat. Kegagalan dalam mengaudit kas secara berkala dapat membuka peluang terjadinya penyelewengan, kesalahan pencatatan, atau bahkan kegagalan likuiditas yang tidak terdeteksi.
Tujuan utama dari audit kas bukanlah sekadar menghitung uang, melainkan memberikan keyakinan (assurance) kepada manajemen dan pemangku kepentingan bahwa catatan kas perusahaan mencerminkan posisi keuangan yang sebenarnya. Prosedur ini berfokus pada pengujian pengendalian internal yang mengelilingi penerimaan dan pengeluaran kas.
Dalam lingkungan bisnis modern, di mana transaksi terjadi dengan cepat, risiko kehilangan atau salah urus dana tunai meningkat. Audit kas memastikan integritas data keuangan. Berikut adalah alasan mengapa prosedur ini tidak boleh dilewatkan:
Pelaksanaan audit kas melibatkan serangkaian langkah metodis. Auditor perlu memisahkan tugas antara orang yang menangani kas fisik dengan orang yang mencatat transaksi untuk menghindari kolusi.
Ini adalah inti dari audit kas. Auditor harus menghitung semua uang tunai dan setara kas yang ada pada tanggal tertentu. Prinsip penting di sini adalah kejutan; penghitungan sebaiknya dilakukan tanpa pemberitahuan sebelumnya kepada staf yang bertanggung jawab atas kas. Semua dana harus dihitung di hadapan petugas kas, dan hasil hitungan dicatat dalam berita acara penghitungan fisik.
Langkah ini membandingkan saldo kas fisik (yang baru dihitung) dengan saldo yang tercatat di buku besar perusahaan, serta saldo yang dilaporkan oleh bank pada tanggal yang sama. Auditor harus memeriksa setiap item rekonsiliasi, baik itu setoran dalam perjalanan (deposits in transit) maupun cek beredar (outstanding checks). Penting untuk menindaklanjuti selisih yang tidak wajar.
Auditor menguji efektivitas kontrol yang ada. Ini mencakup:
Auditor harus memastikan bahwa semua transaksi penerimaan dan pengeluaran kas yang terjadi sebelum tanggal neraca telah dicatat pada periode yang benar, dan transaksi setelah tanggal neraca dicatat pada periode berikutnya. Kesalahan cut-off sering menjadi area yang dieksploitasi dalam manipulasi laporan keuangan.
Kas adalah aset yang paling rentan karena sifatnya yang mudah dipindahtangankan. Risiko utamanya meliputi:
Oleh karena itu, audit kas yang mendalam dan dilakukan secara periodik menjadi benteng pertahanan pertama perusahaan dalam menjaga kesehatan finansialnya. Implementasi teknologi, seperti sistem kasir elektronik (POS) yang terintegrasi, dapat membantu mengurangi ketergantungan pada penanganan uang tunai manual, namun verifikasi fisik tetap menjadi prosedur audit yang tak tergantikan.