Aturan Piala Dunia Jika Poin Sama: Menentukan Nasib Lolos

Babak penyisihan grup dalam turnamen sekelas Piala Dunia FIFA selalu menyajikan drama tinggi. Ketika semua pertandingan telah usai, seringkali terjadi situasi krusial di mana dua atau lebih tim mengumpulkan jumlah poin yang identik. Dalam situasi ini, kedudukan mereka tidak bisa disamakan begitu saja; FIFA telah menetapkan serangkaian kriteria ketat untuk menentukan tim mana yang berhak melaju ke babak gugur.

Memahami aturan Piala Dunia jika poin sama sangat penting bagi penggemar maupun tim itu sendiri. Prosedur ini dirancang untuk menjamin keadilan dan objektivitas berdasarkan performa tim selama fase grup.

Ilustrasi Skor Seri dan Tie-Breaker Piala Dunia TIM A (6 Poin) TIM B (6 Poin) ? Kriteria Penentuan

Urutan Kriteria Penentu (Tie-Breaker)

Ketika dua tim atau lebih memiliki jumlah poin yang sama setelah menyelesaikan semua pertandingan di fase grup, FIFA tidak langsung menggunakan adu penalti atau format lain yang biasa dipakai di babak gugur. Prosesnya dimulai dengan membandingkan statistik yang lebih mencerminkan performa keseluruhan tim dalam grup tersebut. Berikut adalah urutan resmi penentuannya:

  1. Selisih Gol Terbaik dalam Semua Pertandingan Grup: Ini adalah kriteria pertama dan paling penting. Selisih gol dihitung dari jumlah total gol yang dicetak dikurangi jumlah total gol yang kemasukan oleh tim tersebut di semua laga grup.
  2. Jumlah Gol yang Dicetak dalam Semua Pertandingan Grup: Jika selisih gol masih sama, maka tim yang paling produktif dalam mencetak gol akan menempati posisi lebih tinggi.

Jika setelah membandingkan dua kriteria di atas (selisih gol dan jumlah gol dicetak) masih belum ada pemisahan, barulah komite menerapkan kriteria berikutnya yang lebih spesifik, yaitu perbandingan hasil antar tim yang terkait.

Kriteria Pertandingan Langsung (Head-to-Head)

Kriteria ini hanya berlaku jika jumlah tim yang memiliki poin sama adalah dua tim. Namun, jika melibatkan tiga tim atau lebih yang semuanya memiliki poin yang sama, kriteria ini diterapkan pada sub-grup yang terdiri dari tim-tim yang bersangkutan.

Ketika Kriteria Head-to-Head Tidak Memutuskan

Dalam kasus yang sangat jarang terjadi—terutama jika melibatkan tiga tim atau lebih di mana beberapa tim memiliki hasil imbang poin antar sesama mereka namun tim lain memiliki hasil berbeda—prosedur kembali ke kriteria umum yang lebih luas:

Langkah Terakhir: Fair Play dan Undian

Jika setelah melalui semua perhitungan statistik di atas, dua tim atau lebih masih tidak dapat dipisahkan, FIFA akan beralih ke metrik perilaku tim di lapangan, yaitu poin Fair Play.

Poin Fair Play dihitung berdasarkan kartu kuning dan kartu merah yang diterima selama fase grup:

Tim dengan akumulasi poin tertinggi (yaitu, yang paling sedikit mendapat kartu) dalam klasifikasi Fair Play akan ditempatkan di atas. Jika setelah kriteria Fair Play pun masih terjadi kesamaan mutlak (sangat tidak mungkin), maka langkah terakhir dan paling dramatis adalah prosedur undian (drawing by lots) yang dilakukan oleh Komite Penyelenggara FIFA. Walaupun jarang terjadi, undian ini secara teknis masih menjadi bagian dari aturan Piala Dunia jika poin sama.

Secara keseluruhan, struktur kriteria ini memastikan bahwa faktor performa lapangan (seperti mencetak gol dan menjaga pertahanan) selalu diutamakan sebelum beralih ke perhitungan statistik perilaku (Fair Play) atau faktor acak (undian).