Asam kandis (Garcinia xanthochymus atau Garcinia cambogia dalam konteks tertentu) adalah buah yang banyak ditemukan di Asia Tenggara, terutama Indonesia dan Malaysia. Buah ini dikenal memiliki rasa yang sangat asam dan seringkali dimanfaatkan dalam dunia kuliner dan pengobatan tradisional. Secara visual, asam kandis memiliki bentuk bulat hingga lonjong dengan kulit berwarna hijau kekuningan ketika matang. Namun, yang paling sering digunakan adalah bagian buahnya yang telah dikeringkan, yang kemudian berbentuk irisan atau bubuk.
Dalam masakan, asam kandis berfungsi sebagai penambah rasa asam alami yang khas, sering digunakan untuk menyedapkan kuah ikan, rendang, atau gulai. Penggunaan asam kandis berbeda dengan penggunaan air asam jawa; asam kandis cenderung memberikan rasa asam yang lebih tajam namun kompleks.
Ilustrasi visual asam kandis kering.
Selain peranannya dalam kuliner, asam kandis juga populer dalam pengobatan herbal karena kandungan senyawa aktifnya, terutama asam hidroksisitrat (HCA). Senyawa ini sering dikaitkan dengan berbagai manfaat kesehatan.
Dalam tradisi Melayu, air rebusan asam kandis juga kadang digunakan untuk meredakan demam ringan atau sebagai bagian dari program detoksifikasi tubuh pasca melahirkan.
Penggunaan asam kandis sangat bergantung pada bentuknya saat dibeli. Bentuk yang paling umum adalah irisan kering atau bubuk.
Penting untuk diingat bahwa asam kandis memberikan rasa asam yang berbeda dari tomat atau jeruk nipis. Mulailah dengan takaran kecil saat menggunakannya pertama kali di dapur Anda.
Asam kandis adalah harta karun kuliner dan pengobatan tradisional Indonesia yang patut dilestarikan. Dengan tampilan keringnya yang unik dan rasa asamnya yang kuat, ia memberikan dimensi rasa yang khas pada hidangan Nusantara. Sementara itu, potensi manfaat kesehatannya terus menarik perhatian, terutama yang berkaitan dengan metabolisme tubuh. Ketika mencari referensi visual, seperti gambar asam kandis kering, Anda akan melihat tekstur keriput yang mencerminkan proses pengeringan alami yang telah lama dilakukan oleh masyarakat lokal.