Rheumatoid Arthritis (RA) adalah penyakit autoimun kronis yang menyebabkan peradangan pada persendian, mengakibatkan nyeri, pembengkakan, dan potensi kerusakan sendi permanen. Pengobatan standar sering melibatkan obat-obatan antiradang seperti Metotreksat (MTX).
Ironisnya, salah satu pengobatan utama untuk RA, yaitu Metotreksat, memiliki efek samping yang dapat menyebabkan defisiensi nutrisi tertentu, terutama asam folat (Vitamin B9). Kondisi ini mendorong perlunya suplementasi atau peningkatan asupan asam folat untuk rheumatoid arthritis sebagai bagian integral dari manajemen penyakit.
Asam folat memainkan peran krusial dalam sintesis DNA, perbaikan sel, dan metabolisme asam amino. Bagi pasien RA yang mengonsumsi MTX, suplementasi asam folat bukan hanya bersifat preventif terhadap efek samping obat, tetapi juga mendukung fungsi seluler secara keseluruhan.
Metotreksat bekerja dengan menghambat metabolisme folat dalam tubuh untuk menekan proliferasi sel-sel kekebalan yang terlalu aktif. Tanpa suplementasi, penghambatan ini dapat menyebabkan efek samping serius seperti stomatitis (radang mulut), mual, dan yang lebih mengkhawatirkan, toksisitas hematologi (gangguan produksi sel darah). Dengan memberikan asam folat, dokter dapat meminimalkan efek samping ini sambil tetap mempertahankan efektivitas MTX dalam mengendalikan peradangan.
Selain perannya dalam menetralisir efek samping MTX, penelitian mulai mengeksplorasi apakah asam folat itu sendiri memiliki manfaat anti-inflamasi yang independen bagi penderita rheumatoid arthritis.
Peradangan kronis dalam RA sering dikaitkan dengan peningkatan kadar homosistein, sebuah asam amino yang kadarnya tinggi dianggap sebagai faktor risiko penyakit kardiovaskular dan peradangan. Asam folat adalah kofaktor penting dalam jalur metabolisme yang menurunkan kadar homosistein. Dengan menjaga kadar homosistein tetap normal, suplemen asam folat berpotensi mengurangi risiko komplikasi kardiovaskular yang lebih tinggi pada pasien RA.
Beberapa studi observasional menunjukkan bahwa pasien dengan kadar folat darah yang lebih tinggi mungkin mengalami tingkat peradangan yang sedikit lebih rendah atau respons pengobatan yang lebih baik. Meskipun demikian, penting untuk dicatat bahwa asam folat BUKANLAH pengganti obat DMARDs (Disease-Modifying Antirheumatic Drugs), melainkan terapi adjuvan (pendukung).
Penentuan dosis asam folat untuk rheumatoid arthritis harus selalu berdasarkan rekomendasi dokter yang merawat, terutama karena dosis yang dibutuhkan untuk mengatasi efek samping MTX mungkin berbeda dengan dosis untuk tujuan nutrisi umum. Biasanya, dosis suplemen yang diresepkan berkisar antara 1 hingga 5 mg per hari, tergantung rejimen MTX pasien.
Sumber makanan kaya folat meliputi sayuran berdaun hijau gelap (seperti bayam dan kale), kacang-kacangan, jeruk, alpukat, dan biji-bijian yang difortifikasi. Namun, karena kebutuhan suplementasi yang spesifik saat menggunakan MTX, mengandalkan makanan saja seringkali tidak cukup untuk mencapai kadar yang diperlukan untuk mitigasi efek samping obat.
Kesimpulannya, integrasi asam folat dalam protokol pengobatan pasien rheumatoid arthritis, terutama mereka yang menggunakan Metotreksat, adalah praktik standar yang bertujuan untuk meningkatkan toleransi pengobatan dan mendukung kesehatan metabolisme secara keseluruhan. Konsultasikan selalu dengan reumatolog Anda mengenai kebutuhan suplemen spesifik Anda.