Bawang merah (*Allium cepa* L.) merupakan komoditas hortikultura penting di Indonesia. Kualitas dan kuantitas hasil panen sangat dipengaruhi oleh pemenuhan nutrisi esensial di fase pertumbuhan. Selain unsur makro seperti Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K), peran senyawa organik seperti **asam amino** semakin diakui vital, khususnya dalam mengatasi stres lingkungan dan meningkatkan pembentukan umbi.
Asam amino adalah blok bangunan dasar protein. Dalam dunia pertanian modern, aplikasi asam amino eksogen (yang diberikan dari luar) berfungsi sebagai biostimulan yang efektif. Tanaman secara alami mampu mensintesis asam amino ini sendiri melalui proses metabolisme kompleks, namun proses ini memerlukan banyak energi, terutama saat tanaman berada di bawah tekanan seperti kekeringan, suhu ekstrem, atau serangan patogen.
Ketika tanaman bawang merah diberikan suplai asam amino langsung, energi yang seharusnya digunakan untuk sintesis dapat dialihkan ke fungsi pertumbuhan vital lainnya, seperti perkembangan akar yang lebih kuat, fotosintesis yang lebih efisien, dan akumulasi zat padat di dalam umbi.
Beberapa jenis asam amino memiliki peran spesifik yang sangat menguntungkan bagi morfologi dan fisiologi bawang merah:
Asam amino tertentu, terutama asam glutamat dan glisin, berperan penting dalam pembentukan zat pengkelat alami di dalam tanah. Zat ini membantu melarutkan dan meningkatkan ketersediaan unsur hara mikro (seperti Fe, Zn, Mn) yang seringkali terikat dan sulit diserap oleh akar bawang merah. Penyerapan hara yang optimal adalah prasyarat utama untuk pembentukan umbi yang besar dan padat.
Bawang merah rentan terhadap stres kekeringan. Asam amino seperti **Prolin** dan **Glutamin** bertindak sebagai zat osmoregulator. Prolin terakumulasi dalam sel tanaman saat terjadi defisit air, membantu menjaga turgor sel dan melindungi membran sel dari kerusakan oksidatif. Aplikasi prolin terbukti membantu mempertahankan laju fotosintesis bawang merah saat musim kemarau.
Pembentukan umbi (bulbing) adalah fase kritis. Asam amino seperti **Metionin** dan **Triptofan** adalah prekursor penting bagi hormon pertumbuhan tanaman (auksin). Regulasi hormon yang seimbang sangat krusial dalam menentukan kapan tanaman mulai mengalihkan energi dari pertumbuhan daun ke pembentukan umbi. Selain itu, senyawa sulfur yang berasal dari asam amino (seperti sistein) sangat memengaruhi kandungan senyawa volatil yang menentukan aroma dan rasa khas bawang merah.
Pemberian suplemen asam amino, terutama pada fase pembentukan umbi, dapat meningkatkan kandungan padatan kering (KMS) dan mengurangi tingkat susut pasca panen. Tanaman yang ternutrisi baik melalui asam amino cenderung menghasilkan umbi dengan dinding sel yang lebih kuat dan ketahanan simpan yang lebih lama.
Aplikasi asam amino untuk bawang merah umumnya dilakukan melalui dua metode utama: aplikasi foliar (penyemprotan ke daun) atau aplikasi melalui irigasi (fertigasi).
Kesimpulannya, asam amino bukan sekadar pupuk biasa, melainkan alat biostimulasi yang kuat. Dengan memahami dan memanfaatkan **asam amino untuk bawang merah**, petani dapat mengoptimalkan respons tanaman terhadap lingkungan, meningkatkan efisiensi serapan nutrisi, dan pada akhirnya mencapai hasil panen yang lebih berkualitas dan kuantitasnya lebih terjamin.