Aerox Pakai Pertalite: Realitas dan Dampaknya

Yamaha Aerox 155 telah menjadi salah satu skutik premium paling populer di Indonesia. Dengan mesin berteknologi Blue Core canggih dan performa yang responsif, banyak pemilik Aerox mencari cara untuk menjaga performa mesin sambil menekan biaya operasional. Salah satu topik diskusi hangat di kalangan komunitas adalah mengenai penggunaan Aerox pakai Pertalite.

Pertalite, sebagai BBM subsidi dengan RON (Research Octane Number) 90, seringkali menjadi pilihan utama karena harganya yang lebih terjangkau dibandingkan Pertamax (RON 92) atau Pertamax Turbo (RON 98). Namun, benarkah Aerox yang memiliki rasio kompresi tinggi (sekitar 11.6:1) aman saja jika rutin diisi dengan Pertalite?

P90 Mesin Aerox (Kompresi Tinggi)

Visualisasi potensi risiko saat Aerox pakai Pertalite.

Mengapa Pertalite Menjadi Risiko?

Mesin Yamaha Aerox 155 dirancang dengan rasio kompresi yang relatif tinggi untuk memaksimalkan efisiensi bahan bakar dan tenaga. Mesin modern memerlukan bahan bakar dengan angka oktan yang memadai agar pembakaran terjadi secara sempurna dan terkontrol. Ketika Pertalite (RON 90) digunakan pada mesin berkompresi tinggi, risiko yang timbul adalah fenomena yang dikenal sebagai detonasi atau ngelitik.

Detonasi terjadi ketika campuran udara dan bahan bakar terbakar secara prematur akibat tekanan dan suhu yang terlalu tinggi sebelum busi memberikan percikan api. Hal ini menyebabkan gelombang kejut di dalam ruang bakar yang dapat merusak komponen internal seperti piston, klep, bahkan kepala silinder dalam jangka panjang. Meskipun skutik modern biasanya dilengkapi sensor ketukan (knock sensor) yang berusaha mengoreksi waktu pengapian, sensor tersebut memiliki batas toleransi.

Dampak Jangka Panjang Penggunaan Pertalite

Banyak pengguna yang merasa bahwa pada penggunaan normal di jalanan perkotaan yang macet, mereka tidak merasakan gejala ngelitik saat Aerox pakai Pertalite. Ini mungkin karena beban mesin tidak maksimal. Namun, ketika Aerox diajak touring jarak jauh atau digunakan secara agresif pada tanjakan curam, tekanan kompresi meningkat drastis, dan di sinilah masalah mulai muncul.

  1. Penurunan Performa: ECU akan mendeteksi detonasi dan secara otomatis mengurangi timing pengapian (timing ignition), yang mengakibatkan tenaga mesin terasa berkurang dan tarikan menjadi berat.
  2. Peningkatan Temperatur Mesin: Pembakaran yang tidak sempurna cenderung menghasilkan panas berlebih, yang dapat mempercepat degradasi oli mesin dan komponen pendingin.
  3. Kerusakan Internal: Dalam kasus terburuk dan penggunaan terus-menerus, detonasi berulang dapat menyebabkan keretakan pada piston atau dinding silinder, membutuhkan biaya perbaikan yang jauh lebih mahal daripada selisih harga bensin.

Alternatif yang Disarankan

Meskipun Pertalite sangat menarik dari segi harga, produsen motor seperti Yamaha biasanya menyarankan minimal RON 92 untuk mesin berteknologi seperti yang digunakan pada Aerox. Jika budget menjadi kendala utama, ada beberapa pertimbangan:

Kesimpulannya, meskipun secara teknis Aerox pakai Pertalite bisa saja dilakukan tanpa gejala langsung, hal ini tidak direkomendasikan untuk kesehatan mesin jangka panjang. Untuk menjaga investasi Anda pada Yamaha Aerox tetap prima dan awet, investasi pada bahan bakar yang sesuai spesifikasi mesin adalah langkah yang bijak.