Minyak bumi, yang sering disebut sebagai "emas hitam," adalah salah satu sumber energi paling vital di dunia. Namun, minyak mentah yang baru diekstraksi tidak bisa langsung digunakan. Ia harus melalui serangkaian proses pemurnian yang kompleks untuk memisahkannya menjadi berbagai produk yang kita gunakan sehari-hari, mulai dari bahan bakar kendaraan hingga bahan baku industri kimia. Memahami urutan minyak bumi dalam proses pemurnian ini sangat penting untuk mengapresiasi rantai nilai energi modern.
Proses pemurnian ini dimulai di kilang minyak (refinery) dan biasanya melibatkan tiga tahap utama: Destilasi (Pemisahan), Konversi, dan Pengolahan Akhir (Treating).
1. Destilasi (Pemisahan Fraksional)
Tahap pertama dan paling fundamental adalah destilasi fraksional, yang memanfaatkan perbedaan titik didih setiap komponen dalam minyak mentah. Minyak mentah dipanaskan hingga suhu sangat tinggi (sekitar 350°C hingga 400°C) dan kemudian dialirkan ke dalam kolom fraksinasi raksasa.
Di dalam kolom ini, udara didinginkan secara bertahap dari bawah ke atas. Komponen minyak akan menguap, naik, dan mengembun pada ketinggian (suhu) yang berbeda sesuai dengan berat molekulnya:
- Bagian Atas (Suhu Paling Rendah): Menghasilkan gas minyak bumi (LPG), nafta (bahan baku bensin), dan bensin.
- Bagian Tengah: Menghasilkan kerosin (minyak tanah dan bahan bakar jet) dan solar (diesel).
- Bagian Bawah (Suhu Paling Tinggi/Residu): Menghasilkan minyak pelumas, minyak bakar (fuel oil), dan residu berat.
Meskipun destilasi memisahkan komponen berdasarkan titik didih, produk yang dihasilkan sering kali belum memenuhi standar kualitas pasar. Di sinilah tahap konversi diperlukan.
2. Proses Konversi
Proses konversi bertujuan untuk mengubah fraksi minyak yang kurang diminati (misalnya residu berat) menjadi produk bernilai jual lebih tinggi (seperti bensin atau solar). Proses utama dalam konversi meliputi:
Cracking (Perengkahan)
Ini adalah proses memecah molekul hidrokarbon besar dan berat menjadi molekul yang lebih kecil dan ringan melalui panas dan tekanan tinggi (thermal cracking) atau menggunakan katalis (catalytic cracking). Catalytic Cracking (FCC) sangat penting untuk memaksimalkan produksi bensin berkualitas tinggi.
Reforming (Pembentukan Ulang)
Proses ini mengubah hidrokarbon rantai lurus (yang memiliki nilai oktan rendah) menjadi hidrokarbon rantai bercabang atau aromatik. Reforming sangat krusial dalam meningkatkan angka oktan bensin.
3. Pengolahan Akhir (Treating) dan Blending
Setelah pemisahan dan konversi, fraksi-fraksi tersebut masih mengandung pengotor seperti sulfur, nitrogen, dan senyawa asam. Tahap pengolahan akhir bertujuan untuk menghilangkan kontaminan ini melalui proses seperti hidrodesulfurisasi (penghilangan sulfur) agar produk memenuhi standar lingkungan dan spesifikasi teknis.
Terakhir, produk-produk yang sudah dimurnikan akan dicampur (blending) dengan aditif tertentu dalam proporsi yang tepat untuk menghasilkan produk akhir sesuai standar mutu. Contohnya, beberapa fraksi nafta dan isomer dicampur dengan aditif untuk menghasilkan bensin dengan angka oktan yang sesuai untuk berbagai jenis kendaraan.
Urutan Produk Akhir Berdasarkan Volatilitas
Secara umum, setelah melalui seluruh proses pemurnian, urutan minyak bumi dari yang paling ringan (paling mudah menguap) hingga paling berat adalah:
- Gas Alam Cair (Propana/Butana - LPG)
- Bensin (Gasoline)
- Nafta (Bahan baku petrokimia)
- Kerosin (Minyak Tanah/Jet Fuel)
- Solar (Diesel Oil)
- Minyak Bakar (Fuel Oil)
- Residu Berat (Aspal dan Petroleum Coke)
Pemahaman terhadap urutan ini menunjukkan betapa rumitnya industri penyulingan. Setiap fraksi yang terpisah memiliki peran spesifik dalam perekonomian global, membuktikan bahwa minyak mentah adalah bahan baku serbaguna yang nilainya meningkat secara eksponensial melalui serangkaian proses kimia dan fisika yang terstruktur.