Peran Vital Terjemahan Bahasa Sasak dalam Pelestarian Budaya

Terjemahan

Ilustrasi komunikasi antara dua budaya.

Bahasa Sasak, yang merupakan warisan budaya lisan masyarakat suku Sasak di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, kini menghadapi tantangan signifikan di era globalisasi. Meskipun jumlah penuturnya masih cukup banyak, variasi dialek dan penurunan minat generasi muda untuk mempelajarinya menjadikan terjemahan bahasa Sasak bukan sekadar aktivitas linguistik, melainkan sebuah upaya pelestarian budaya yang mendesak. Terjemahan berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan kekayaan narasi, filosofi hidup, dan kearifan lokal Sasak dengan dunia yang lebih luas.

Mengapa Terjemahan Sasak Menjadi Krusial?

Bahasa adalah wadah utama kebudayaan. Dalam bahasa Sasak terdapat banyak sekali ungkapan, peribahasa, dan terminologi adat yang sulit dipahami jika hanya diterjemahkan secara harfiah ke dalam Bahasa Indonesia atau bahasa asing. Misalnya, konsep 'sesurih' (saling menghormati dalam konteks sosial yang kompleks) atau 'merariq' (sistem perkawinan adat) membutuhkan konteks budaya yang mendalam agar terjemahannya akurat dan tidak kehilangan makna esensialnya.

Fungsi utama terjemahan bahasa Sasak saat ini adalah mendokumentasikan sastra lisan, termasuk cerita rakyat, legenda leluhur, dan syair-syair adat. Tanpa penerjemahan yang sistematis, warisan ini berisiko tergerus oleh dominasi bahasa mayoritas. Selain itu, dengan menyediakan versi terjemahan yang baik, materi pendidikan dan informasi pariwisata mengenai Lombok menjadi lebih mudah diakses oleh peneliti dan wisatawan mancanegara.

Tantangan dalam Proses Penerjemahan

Proses menerjemahkan dari Sasak ke bahasa lain, khususnya Bahasa Indonesia, memiliki tantangan yang unik. Tantangan terbesar terletak pada variasi dialek Sasak itu sendiri. Bahasa Sasak terbagi menjadi tiga rumpun utama: Sasak Utara (logat Bayan), Sasak Tengah (logat Rembiga/Mataram), dan Sasak Selatan (logat Pujut). Perbedaan kosakata dan tata bahasa antar wilayah ini seringkali membingungkan penerjemah yang tidak memiliki latar belakang mendalam di setiap dialek.

Tantangan lain adalah masalah leksikon. Banyak kata benda atau verba dalam bahasa Sasak yang merujuk pada benda atau praktik yang tidak lagi umum dijumpai dalam kehidupan modern. Dibutuhkan catatan kaki atau glosarium ekstensif agar pembaca non-Sasak dapat memahami konteksnya. Upaya digitalisasi dan pembuatan kamus Sasak-Indonesia yang komprehensif menjadi solusi jangka panjang yang sangat dibutuhkan.

Contoh Penerjemahan dalam Konteks

Untuk mengilustrasikan pentingnya terjemahan kontekstual, mari kita lihat beberapa contoh frasa pendek:

Sasak (Umum): "Beleq saq jariq pangeran baq side."

Terjemahan Literal (Kurang Tepat): "Besar yang jadi pangeran untuk kamu."

Terjemahan Kontekstual (Tepat): "Banyak sekali yang telah menjadi panutan/pelindungmu." (Biasanya digunakan untuk menyatakan rasa hormat mendalam kepada orang tua atau tokoh penting).

Sasak (Umum): "Nyeang mbe jelo?"

Terjemahan Literal (Kurang Tepat): "Hendak ke mana hari?"

Terjemahan Kontekstual (Tepat): "Mau pergi ke mana?" (Sapaan umum di Lombok).

Masa Depan Bahasa Sasak Melalui Penerjemahan

Dengan kemajuan teknologi, harapan terhadap pengembangan alat bantu terjemahan otomatis untuk bahasa Sasak mulai muncul, meskipun masih sangat dasar. Namun, untuk konteks yang sangat bernuansa dan sarat budaya, sentuhan penerjemah manusia yang memahami akar budaya Sasak tetap tidak tergantikan. Investasi dalam pelatihan penerjemah dwibahasa (Sasak dan Indonesia/Inggris) adalah kunci untuk memastikan bahwa kekayaan linguistik ini dapat diwariskan.

Setiap terjemahan yang berhasil dari bahasa Sasak ke bahasa lain adalah sebuah tindakan afirmasi terhadap identitas suku Sasak. Ini membuka pintu dialog antarbudaya, memberikan pengakuan resmi atas keberadaan bahasa minoritas, dan yang terpenting, memastikan bahwa suara dan kearifan masyarakat Sasak terus bergema melintasi batas waktu dan geografis. Pelestarian bahasa Sasak adalah tanggung jawab kolektif, dan terjemahan adalah salah satu instrumen paling kuat dalam menjalankan tanggung jawab tersebut.

Mendorong anak muda Sasak untuk menulis dan menerjemahkan karya-karya mereka sendiri akan menjadi motor penggerak utama. Ketika literatur Sasak mulai tersedia secara luas dalam versi terjemahan yang berkualitas, maka vitalitas bahasa tersebut di panggung nasional dan internasional akan semakin menguat.