Stanislas Wawrinka, atau yang akrab disapa 'Stan', adalah salah satu nama paling menarik dalam sejarah tenis modern di era ATP. Dikenal dengan perawakannya yang tenang namun meledak-ledak di lapangan, Wawrinka berhasil menembus dominasi "Big Four" (Federer, Nadal, Djokovic, Murray) dan mengukir namanya sendiri sebagai pemenang Grand Slam.
Pencapaiannya di level tertinggi menunjukkan bahwa dedikasi, ketangguhan mental, dan tentu saja, teknik tenis kelas dunia, mampu mengatasi prediktabilitas yang kadang menyelimuti puncak peringkat dunia. Karirnya di ATP Tour penuh dengan pasang surut, tetapi momen-momen puncaknya sangat legendaris, terutama berkat salah satu pukulan andalannya: backhand satu tangan.
Meskipun sudah lama berada di jajaran pemain top 10, Wawrinka baru benar-benar mencapai puncak performa di usia yang relatif matang, membuktikan bahwa kesuksesan tidak selalu datang di usia muda. Gelar Grand Slam pertamanya datang di Australia Terbuka. Kemenangannya di Melbourne Park tahun itu merupakan kejutan besar dan penanda dimulainya era baru bagi tenis Swiss.
Setelah sukses di Australia, Stan membuktikan bahwa itu bukanlah keberuntungan sesaat. Ia melanjutkan momentum tersebut dengan meraih gelar di Roland Garros (Prancis Terbuka). Kemenangan ini sangat emosional, mengingat ia harus menaklukkan Novak Djokovic dalam laga final yang menegangkan, sebuah pencapaian yang menempatkannya dalam klub elit para juara Major.
Puncak karir Wawrinka di kompetisi Grand Slam diperkuat dengan kemenangannya di US Open. Dengan tiga gelar Grand Slam yang berbeda, Wawrinka menegaskan statusnya sebagai salah satu pemain paling berbahaya di babak kedua turnamen besar, di mana tekanan mental seringkali menjadi penentu.
Apa yang membuat Stan Wawrinka begitu unik di era dominasi forehand dan backhand dua tangan adalah kepiawaiannya dalam melakukan backhand satu tangan. Pukulan ini, yang sering kali disamakan dengan keindahan permainan Roger Federer, adalah senjata utamanya. Ketika Wawrinka menemukan ritmenya, backhand-nya mampu menghasilkan kecepatan dan sudut yang luar biasa, sering kali menghasilkan winner dari posisi yang tampaknya mustahil.
Banyak analis tenis memuji teknik pukulan ini karena kemampuannya untuk berubah secara instan—dari pukulan bertahan yang tipis hingga serangan agresif yang membelah lapangan. Kemampuan untuk melakukan pukulan ini di bawah tekanan besar di lapangan utama ATP adalah bukti penguasaan teknik yang luar biasa.
Perjalanan Wawrinka di ATP Tour tidak hanya diukur dari gelar Grand Slam. Ia juga mencapai peringkat tertinggi dalam karirnya, yaitu peringkat dunia nomor 3. Ia telah memenangkan berbagai turnamen Masters 1000, meskipun ia sering kali dianggap "spesialis" turnamen besar.
Selain itu, prestasi penting lainnya termasuk:
Meskipun menghadapi tantangan cedera serius di pertengahan kariernya, Wawrinka menunjukkan resiliensi luar biasa. Keputusannya untuk kembali bersaing di level tertinggi setelah operasi besar adalah inspirasi bagi banyak atlet. Pemain sepertinya yang berjuang melawan generasi baru pemain muda yang haus gelar, menunjukkan semangat juang yang tinggi.
Stan Wawrinka akan dikenang bukan hanya sebagai pemenang Grand Slam, tetapi sebagai atlet yang menantang status quo. Ia membuktikan bahwa dengan kombinasi antara bakat unik (seperti backhand-nya yang legendaris) dan kemauan keras, bahkan pemain yang berada di bawah bayang-bayang legenda bisa mencapai puncak tertinggi olahraga ini. Kehadirannya selalu membawa kegembiraan dan ketegangan yang tak terduga bagi para penggemar tenis di seluruh dunia dalam setiap kompetisi ATP yang ia ikuti.