Surah At-Taubah, yang juga dikenal sebagai Bara'ah (Pelepasan), menempati posisi penting dalam Al-Qur'an karena membahas periode transisi dan penegasan prinsip-prinsip Islam pasca-Fathul Makkah. Di tengah pembahasan mengenai jihad, perjanjian, dan sikap terhadap orang-orang munafik, terdapat ayat yang memberikan petunjuk mendasar mengenai etos kerja dan tanggung jawab seorang Muslim, yaitu ayat ke-105.
Ayat ini mengandung pesan yang sangat universal dan relevan bagi setiap zaman: bahwa amal perbuatan seorang hamba akan selalu diawasi dan dicatat, baik itu tampak oleh manusia maupun tersembunyi dalam hati. Ini adalah pengingat tegas tentang akuntabilitas diri di hadapan Allah SWT.
"Dan katakanlah (Muhammad): 'Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu pula Rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Maha Mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia memberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.'"
Ayat ini diawali dengan perintah langsung kepada Nabi Muhammad SAW, yang kemudian berlaku umum bagi seluruh umat Islam: "Bekerjalah kamu." Kata 'bekerja' (اِعْمَلُوا) di sini mencakup segala bentuk amal, baik amal duniawi maupun ukhrawi, baik ibadah mahdhah (ritual) maupun muamalah (sosial dan ekonomi).
Tiga Saksi Atas Amalan Kita
Salah satu aspek paling kuat dari ayat ini adalah penekanan pada tiga pihak yang akan menyaksikan pekerjaan kita: Allah SWT, Rasul-Nya (Nabi Muhammad SAW), dan orang-orang mukmin.
Penglihatan Allah SWT: Ini adalah saksi yang paling mutlak. Allah mengetahui segala sesuatu, yang tersembunyi (ghaib) maupun yang tampak (syahadah). Pengawasan-Nya mencakup niat terdalam hati kita, bukan hanya hasil luaran yang terlihat oleh mata manusia.
Penglihatan Rasulullah SAW: Rasulullah adalah teladan hidup. Kesaksian beliau menegaskan bahwa amal yang dilakukan harus sejalan dengan ajaran dan sunnah beliau. Ini mendorong umat untuk memastikan bahwa setiap tindakan mereka sesuai dengan standar kenabian.
Penglihatan Orang-orang Mukmin: Kesaksian sesama mukmin menciptakan dimensi tanggung jawab sosial dan komunal. Ketika kita sadar bahwa saudara seiman kita mengawasi, hal ini memotivasi kita untuk konsisten dalam kebaikan dan menjauhi kemunafikan atau perbuatan tercela, karena aib kita bisa tersebar di komunitas.
Puncak Akuntabilitas: Kembali Kepada Yang Maha Mengetahui
Setelah penegasan pengawasan duniawi, ayat ini menutup dengan pengembalian total kepada Allah SWT sebagai ''Aalimil Ghaibi wasy Syahadah' (Yang Maha Mengetahui yang gaib dan yang nyata). Proses penghitungan akhir (hisab) akan dilakukan secara sempurna, di mana tidak ada satu pun perbuatan, sekecil apapun, yang terlewatkan.
Ini adalah penegasan doktrin Tawhid (Keesaan Allah) dalam konteks amal. Sementara pengawasan duniawi memotivasi kesalehan sosial, pengembalian kepada Allah menjamin keadilan mutlak di akhirat. Pekerjaan yang dilakukan dengan ikhlas, meskipun tidak dihargai di dunia, akan dibalas tuntas di sisi-Nya. Sebaliknya, perbuatan yang dilakukan semata-mata untuk mencari pujian manusia (riya') akan terungkap kelemahannya saat dihadapkan pada pengetahuan Allah yang Maha Sempurna.
Hikmah Praktis untuk Kehidupan
Surah At-Taubah ayat 105 mengajarkan kita beberapa prinsip fundamental:
Etos Kerja Produktif: Islam bukan agama yang menganjurkan kemalasan. Perintah "bekerjalah" adalah seruan untuk aktif, produktif, dan berkontribusi nyata pada kemaslahatan umat dan pembangunan dunia.
Motivasi Ganda (Dunia dan Akhirat): Seorang mukmin beramal dengan semangat ganda. Ia bekerja keras demi hasil dunia yang baik (profesionalisme) dan sekaligus memastikan niatnya lurus agar mendapatkan ridha Allah di akhirat.
Integritas Niat: Karena Allah dan Rasul-Nya melihat niat, seorang Muslim harus senantiasa melakukan muhasabah (introspeksi) terhadap motivasi di balik tindakannya. Apakah ia bekerja karena takut dipecat, atau karena mencari keridhaan Ilahi?
Kepercayaan pada Keadilan: Ayat ini memberikan ketenangan bagi orang-orang yang berjuang di jalan kebaikan namun merasa teraniaya atau tidak dihargai. Mereka diyakinkan bahwa ada hari di mana semua ketidakadilan akan dikoreksi oleh Hakim yang Maha Adil.
Dengan memahami dan mengamalkan isi Surah At-Taubah ayat 105, seorang Muslim senantiasa termotivasi untuk melakukan yang terbaik dalam setiap aspek kehidupannya, menyadari bahwa kehidupan dunia hanyalah ladang tanam sebelum panen besar di sisi Allah SWT.