Dalam khazanah Al-Qur'an, terdapat banyak ayat yang menyoroti karakter ideal seorang Muslim. Salah satu ayat yang sangat penting dan sering dijadikan pedoman adalah QS At Taubah Ayat 100. Ayat ini tidak hanya memberikan pujian tertinggi kepada generasi awal kaum beriman, tetapi juga menetapkan standar kualitas keimanan yang harus dicapai oleh umat Islam sepanjang masa.
Ayat ke-100 dari Surah At Taubah (surah kesembilan dalam Al-Qur'an) berbunyi:
"Dan orang-orang yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan Muhajirin dan Ansar, dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya. Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar."
Ayat ini secara eksplisit membagi kelompok-kelompok yang meraih keridhaan Allah menjadi tiga tingkatan utama. Memahami klasifikasi ini sangat penting untuk mengukur posisi spiritualitas kita dalam konteks sejarah dan masa kini. Pertama, adalah Muhajirin, yaitu kaum Muslimin yang meninggalkan harta benda dan kampung halaman mereka di Mekah demi mengikuti perintah Allah dan Rasul-Nya ke Madinah. Pengorbanan fisik dan material mereka sangatlah besar.
Kedua, adalah Ansar, kaum Muslimin Madinah yang dengan lapang dada menerima dan membantu saudara-saudara mereka dari Mekah. Kedermawanan, solidaritas, dan kepemurahan hati Ansar menjadi contoh nyata persaudaraan sejati dalam Islam.
Ketiga, dan ini merupakan poin krusial bagi generasi setelah mereka, adalah "orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik" (الَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ). Inilah kunci universalitas ayat ini. Keutamaan tidak hanya dikhususkan bagi generasi sahabat, tetapi juga bagi setiap Muslim hingga akhir zaman yang meniti jalan keimanan dengan cara yang terbaik, mengikuti jejak dan metode (manhaj) para pendahulu yang saleh.
Puncak dari penghargaan yang disebutkan dalam QS At Taubah 100 adalah pertukaran keridhaan: "Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya." Ini adalah tingkatan spiritual tertinggi. Keridhaan Allah berarti menerima segala ketetapan-Nya, baik dalam kelapangan maupun kesulitan, tanpa mengeluh. Sementara itu, keridhaan hamba kepada Allah adalah buah dari ketaatan yang tulus, di mana ia merasa cukup dan puas dengan apa yang Allah tetapkan baginya.
Status ini menjanjikan balasan yang luar biasa, yaitu jaminan surga abadi dengan segala kenikmatannya. Keabadian di dalam surga adalah metafora kemuliaan yang tak tertandingi oleh kenikmatan duniawi mana pun. Ayat ini menutup dengan penegasan: "Itulah kemenangan yang besar" (ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ).
Bagaimana kita sebagai generasi masa kini dapat meraih predikat "mengikuti dengan baik"? Ini bukan sekadar meniru gaya hidup, melainkan mengadopsi semangat pengorbanan, keikhlasan, dan ketulusan dalam beribadah serta bermuamalah. Mengikuti dengan baik berarti berpegang teguh pada ajaran yang mereka pegang, menjaga kemurnian akidah, dan berkontribusi aktif dalam membangun komunitas Muslim yang kuat, sebagaimana Muhajirin dan Ansar telah melakukannya.
Dalam konteks modern, "pengorbanan" tidak selalu berarti meninggalkan harta di medan perang, tetapi bisa berupa pengorbanan waktu untuk dakwah, pengorbanan kenyamanan demi menuntut ilmu agama, atau pengorbanan ego demi menjaga persatuan umat. Mereka yang menerapkan prinsip-prinsip Islam secara konsisten dan berjuang untuk menegakkan kebenaran—meski di tengah tantangan zaman—berhak menyandang predikat mengikuti dengan baik, sesuai janji yang terkandung dalam QS At Taubah 100.
Ayat ini mengajarkan tentang prioritas. Keutamaan diberikan kepada mereka yang mengambil langkah pertama dalam kebaikan (as-sābiqūn al-awwalūn). Meskipun generasi penerus tidak bisa menjadi "yang pertama," mereka tetap memiliki jalan untuk meraih kedudukan mulia selama mengikuti dengan ihsan. Ihsan di sini berarti berbuat sebaik mungkin, sempurna dalam amal dan niat. Ini mendorong setiap Muslim untuk tidak berpuas diri dengan kadar iman yang biasa-biasa saja, melainkan selalu berusaha menjadi yang terbaik dalam setiap kebaikan yang dilakukan.
Dengan merenungi makna mendalam dari QS At Taubah 100, seorang Mukmin termotivasi untuk meneladani integritas moral dan semangat jihad para pendahulu, memastikan bahwa warisan keimanan mereka diteruskan dengan kualitas tertinggi, demi meraih keridhaan Allah dan kemenangan hakiki di akhirat.