Surat Al-Qashash, yang berarti "Kisah-Kisah", adalah salah satu surat dalam Al-Qur'an yang kaya akan narasi historis, khususnya kisah Nabi Musa AS. Di tengah rangkaian kisah tersebut, terdapat ayat-ayat yang memberikan pelajaran universal mengenai keadilan, kekuasaan, dan pertanggungjawaban. Ayat yang sering menjadi sorotan karena mengandung prinsip moral yang kuat adalah **QS. Al-Qashash Ayat 9**. Ayat ini berfokus pada respons kaum yang dahulu menentang Fir'aun dan bagaimana Allah membalas kebaikan mereka.
Ayat ini muncul setelah penjelasan tentang keputusan Fir'aun dan kaumnya untuk menindas Bani Israil, termasuk pembunuhan bayi laki-laki. Ayat 8 menjelaskan bagaimana istri Fir'aun, Asiah, yang beriman, meminta agar Musa dipelihara. Ayat 9 kemudian menjadi janji ilahi yang kontras dengan rencana kejam Fir'aun. Janji ini bukanlah sekadar keberuntungan acak, melainkan sebuah takdir yang direncanakan oleh Allah SWT untuk hamba-hamba-Nya yang sabar dan tertindas.
Inti dari ayat ini adalah afirmasi bahwa penindasan dan kezaliman tidak akan berlangsung abadi. Ketika kesabaran mencapai batasnya dan iman tetap teguh di tengah tekanan, Allah memiliki rencana agung untuk membalikkan keadaan. Hal ini memberikan harapan besar bagi setiap komunitas atau individu yang saat ini berada dalam posisi yang tertekan atau di bawah dominasi kekuatan yang zalim.
Ayat sembilan ini merangkum tiga tingkatan kemuliaan yang dijanjikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya:
Meskipun berlatar belakang kisah Nabi Musa, pelajaran dari QS. Al-Qashash ayat 9 sangat relevan hingga kini. Dalam konteks kontemporer, ayat ini berbicara kepada mereka yang menghadapi ketidakadilan struktural, penindasan hak asasi, atau marginalisasi ekonomi dan politik.
Pertama, ayat ini mengajarkan pentingnya keteguhan iman (Tawakkul). Perubahan besar seringkali dimulai dari kesabaran dan keyakinan bahwa penindas pasti akan kehilangan otoritasnya di tangan Yang Maha Kuasa. Kedua, ini adalah dorongan untuk terus berpegang pada prinsip kebenaran, karena kebenaran itu sendiri yang akan menjadi modal untuk memimpin di masa depan. Generasi yang sabar adalah generasi yang dipersiapkan Allah untuk mewarisi masa depan. Kegelapan penindasan adalah jeda sementara sebelum datangnya kepemimpinan yang adil.
Ayat ini menegaskan bahwa kekuasaan duniawi yang didasarkan pada kezaliman pasti akan runtuh. Allah tidak membiarkan orang-orang yang berbuat kebaikan dalam kesempitan tanpa balasan yang setimpal. Ketika janji tersebut digenapi, hasilnya adalah pemulihan martabat, kepemimpinan yang sah, dan penguasaan atas apa yang selama ini menjadi hak mereka. Memahami QS. Al-Qashash 9 memberikan fondasi teologis bahwa keadilan, meski tertunda, adalah keniscayaan bagi mereka yang teguh dalam keimanan dan kesabaran.