Perbedaan Asam Salisilat dan Salicylic Acid: Mitos dan Fakta

Dalam dunia perawatan kulit dan farmasi, Anda mungkin sering menjumpai istilah "Asam Salisilat" dan "Salicylic Acid". Bagi sebagian orang, kedua istilah ini seringkali digunakan secara bergantian, menganggapnya sebagai hal yang sama persis. Namun, meskipun keduanya merujuk pada senyawa kimia yang identik, perbedaan dalam konteks penggunaannya seringkali membingungkan. Artikel ini bertujuan untuk mengurai tuntas apakah ada perbedaan mendasar antara Asam Salisilat dan Salicylic Acid, terutama dalam konteks aplikasi produk komersial.

Apa Itu Salicylic Acid (Asam Salisilat)?

Secara kimiawi, "Salicylic Acid" (bahasa Inggris) dan "Asam Salisilat" (padanan bahasa Indonesia) adalah molekul yang sama: **2-Hydroxybenzoic acid**.

Ini adalah Beta Hydroxy Acid (BHA) alami yang pertama kali diisolasi dari kulit pohon willow (Salix). Senyawa ini terkenal karena sifatnya yang sangat efektif sebagai agen keratolitik—yaitu, kemampuannya melarutkan keratin pada lapisan terluar kulit. Karena sifat lipofiliknya (larut dalam minyak), Asam Salisilat sangat ideal untuk menembus pori-pori yang tersumbat oleh sebum, menjadikannya bahan utama dalam pengobatan jerawat, psoriasis, dan ketombe.

Intinya: Dalam terminologi kimia murni, tidak ada perbedaan. Keduanya adalah nama untuk senyawa kimia C7H6O3.

Mengapa Muncul Perbedaan dalam Praktik Penggunaan?

Jika secara kimiawi sama, mengapa kita masih sering melihat dualitas istilah ini dalam label produk, terutama di pasar Indonesia?

  1. Bahasa dan Standardisasi: Di Indonesia, standar penamaan bahan baku dan obat sering mengadopsi padanan resmi dalam Bahasa Indonesia. "Asam Salisilat" adalah nama baku yang umum digunakan dalam literatur farmasi dan kosmetik lokal.
  2. Marketing Global vs Lokal: Banyak produk perawatan kulit yang dijual di Indonesia adalah formulasi global. Produsen internasional cenderung mempertahankan nama bahan aktif dalam Bahasa Inggris, yaitu "Salicylic Acid," pada label kemasan agar sesuai dengan standar internasional dan mudah dikenali oleh konsumen global.
  3. Konteks Konsentrasi dan Regulasi: Meskipun molekulnya sama, regulasi produk bisa membedakan penggunaannya. Misalnya, dalam konteks obat bebas (OTC) untuk jerawat ringan, produsen mungkin mencantumkan persentase berdasarkan nomenklatur lokal ("Asam Salisilat 2%"), sementara importir mencantumkannya sebagai "Salicylic Acid 2%".

Karakteristik Kimia yang Sama

Untuk memperjelas, mari kita lihat karakteristik utama dari senyawa ini, terlepas dari nama yang digunakan:

OH C O OH SAMA

Representasi visual kesamaan molekul (meskipun disederhanakan).

Fokus pada Persentase Konsentrasi

Ketika berbelanja produk, konsumen tidak perlu terlalu pusing dengan apakah labelnya tertulis Asam Salisilat atau Salicylic Acid. Yang jauh lebih krusial adalah **konsentrasi** bahan aktif tersebut dalam formulasi.

Regulasi kosmetik di banyak negara menetapkan batas aman untuk penggunaan tanpa resep:

Kesimpulan

Secara mutlak, **Asam Salisilat dan Salicylic Acid adalah nama berbeda untuk senyawa kimia yang sama**. Perbedaan yang Anda temui di pasaran hanyalah masalah nomenklatur bahasa (Inggris vs Indonesia) atau strategi penamaan merek global.

Saat mengevaluasi produk, fokuslah pada fungsi yang diinginkan—apakah Anda memerlukan eksfoliasi lembut atau perawatan jerawat yang intens—dan pastikan Anda memeriksa persentase konsentrasi bahan aktifnya, terlepas dari bagaimana bahan itu dinamai pada label kemasan.

Baik Anda menyebutnya Asam Salisilat atau Salicylic Acid, manfaatnya dalam perawatan kulit tetap konsisten: membantu membersihkan pori-pori dan memberikan kulit yang lebih halus.