Minyak tanah, yang dulunya merupakan bahan bakar utama rumah tangga di banyak wilayah Indonesia untuk keperluan memasak, kini semakin sulit ditemukan dan harganya cenderung fluktuatif. Keterbatasan akses dan dorongan pemerintah untuk beralih ke energi yang lebih bersih membuat masyarakat pencari solusi lain. Kompor sumbu, meskipun sederhana dan tangguh, membutuhkan bahan bakar cair yang mudah terbakar. Oleh karena itu, mencari pengganti minyak tanah untuk kompor sumbu menjadi topik krusial bagi mereka yang masih bergantung pada teknologi memasak tradisional ini.
Keputusan untuk mencari alternatif bukan tanpa alasan. Selain faktor ketersediaan dan harga, isu keamanan juga menjadi pertimbangan utama. Minyak tanah (kerosene) memiliki titik nyala yang relatif rendah dan mengeluarkan asap hitam yang dapat mengganggu kesehatan pernapasan serta mencemari lingkungan dalam ruangan. Kompor sumbu yang menggunakan minyak tanah seringkali meninggalkan jelaga tebal pada peralatan masak.
Tantangan utama dalam mengganti minyak tanah adalah menemukan cairan yang:
Beberapa bahan bakar cair telah diuji coba sebagai pengganti minyak tanah untuk kompor sumbu. Meskipun performanya mungkin sedikit berbeda, opsi-opsi ini menawarkan harapan baru:
Spiritus, atau etanol yang sudah dicampur zat lain agar tidak enak diminum, adalah salah satu pengganti yang paling umum dipertimbangkan. Spiritus cenderung terbakar lebih bersih daripada minyak tanah, menghasilkan nyala api yang cenderung kebiruan dan minim asap hitam. Namun, kelemahan utamanya adalah titik nyalanya lebih tinggi dan pembakarannya cenderung lebih cepat habis. Untuk kompor sumbu lama, sumbu mungkin perlu disesuaikan atau ditinggikan lebih sering.
Mirip dengan spiritus, alkohol isopropil juga menawarkan pembakaran yang relatif bersih. Bahan ini sering digunakan dalam pembersih atau desinfektan. Perlu diperhatikan bahwa kemurnian sangat penting; semakin murni alkohol, semakin baik pembakarannya, tetapi juga harus berhati-hati karena alkohol mudah menguap.
Ini adalah solusi yang lebih ramah lingkungan. Beberapa minyak nabati ringan seperti minyak kelapa sawit yang telah melalui proses penyulingan atau pemurnian (bukan minyak goreng bekas biasa) dapat digunakan. Proses pemurnian penting untuk mengurangi viskositas dan mencegah sumbu cepat tersumbat oleh residu atau karbonisasi.
Beberapa pengguna mencoba mencampur minyak tanah sisa dengan bahan bakar lain untuk meningkatkan efisiensi atau mengurangi asap. Misalnya, mencampurkan sedikit spiritus ke dalam minyak tanah yang tersisa dapat membantu meningkatkan volatilitas. Namun, metode ini memerlukan eksperimen yang hati-hati karena perbandingan campuran yang salah dapat berbahaya.
Transisi dari minyak tanah ke bahan bakar lain membutuhkan adaptasi. Kompor sumbu dirancang secara spesifik untuk kepadatan energi dan laju penguapan minyak tanah. Ketika menggunakan pengganti minyak tanah untuk kompor sumbu, seperti alkohol, nyala api mungkin terlihat lebih redup atau, sebaliknya, terlalu besar jika sumbu tidak disesuaikan.
Aspek keamanan tidak boleh diabaikan. Bahan bakar alternatif sering kali memiliki bau yang berbeda saat dibakar. Pastikan selalu mengisi ulang kompor dalam keadaan dingin dan jauh dari sumber api. Ventilasi yang baik adalah keharusan, terlepas dari jenis bahan bakar cair yang Anda gunakan.
Meskipun banyak rumah tangga beralih ke gas LPG atau listrik, kompor sumbu tetap relevan di daerah terpencil atau dalam situasi darurat. Penelitian terus dilakukan untuk mengembangkan bahan bakar cair bio-based yang dapat bekerja optimal pada kompor sumbu tanpa memerlukan modifikasi besar. Bagi yang harus tetap menggunakan kompor sumbu, eksplorasi terhadap bahan bakar yang lebih bersih dan mudah didapat adalah langkah maju yang positif menuju dapur yang lebih sehat dan efisien.