Pemertahanan Bahasa: Pilar Identitas Bangsa

Bahasa adalah lebih dari sekadar alat komunikasi; ia adalah wadah peradaban, cermin identitas, dan warisan kolektif suatu masyarakat. Dalam konteks globalisasi yang semakin mengikis batas-batas budaya, isu mengenai pemertahanan bahasa menjadi krusial. Pemertahanan bahasa merujuk pada segala upaya sadar dan terstruktur untuk menjaga keberlangsungan, vitalitas, dan penggunaan aktif suatu bahasa, terutama bahasa minoritas atau bahasa daerah yang terancam punah.

L I H Pohon Kehidupan Bahasa

Mengapa Pemertahanan Bahasa Penting?

Kehilangan bahasa seringkali beriringan dengan hilangnya pengetahuan tradisional, perspektif unik tentang dunia, serta kekayaan sastra dan sejarah lisan. Setiap bahasa membawa serta cara berpikir yang berbeda mengenai lingkungan, etika, dan hubungan sosial. Ketika sebuah bahasa mati, kita tidak hanya kehilangan kata-kata, tetapi juga kehilangan cara pandang yang tak tergantikan. Bagi komunitas penutur, bahasa adalah jangkar identitas kultural mereka. Upaya pemertahanan adalah bentuk perlawanan terhadap homogenisasi budaya yang dipicu oleh dominasi bahasa global.

Tantangan dalam Pelestarian

Tantangan terbesar dalam pemertahanan bahasa modern terletak pada dinamika sosial ekonomi. Migrasi dari pedesaan ke perkotaan, dominasi media massa dan internet dalam bahasa mayoritas (atau bahasa internasional), serta sistem pendidikan formal yang seringkali mengabaikan kurikulum multibahasa, semuanya memberikan tekanan besar pada penutur muda. Dalam banyak kasus, orang tua memilih untuk tidak mengajarkan bahasa ibu mereka kepada anak-anak dengan harapan memberikan "keunggulan" dalam lingkungan yang didominasi oleh bahasa yang lebih 'berguna' secara ekonomi. Fenomena ini, yang dikenal sebagai transmisi intergenerasi yang terputus, adalah ancaman paling nyata.

Strategi Efektif dalam Pemertahanan

Pemertahanan bahasa memerlukan pendekatan multi-sektoral yang melibatkan pemerintah, komunitas, akademisi, dan individu. Salah satu strategi kunci adalah revitalisasi dalam ranah pendidikan. Mengintegrasikan bahasa lokal ke dalam kurikulum sekolah dasar sebagai bahasa pengantar atau mata pelajaran wajib dapat memastikan transmisi kepada generasi baru. Selain itu, pendokumentasian dan digitalisasi memegang peranan vital di era digital. Pembuatan kamus daring, aplikasi pembelajaran interaktif, dan konten digital (video, musik, cerita) dalam bahasa target membuat bahasa tersebut relevan dan mudah diakses oleh kaum muda.

Namun, upaya yang paling berkelanjutan adalah yang berasal dari komunitas itu sendiri. Menciptakan ruang-ruang sosial di mana bahasa tersebut digunakan secara otentik—seperti festival budaya, kelompok bermain berbahasa daerah, atau penggunaan dalam konteks keagamaan—memberikan makna fungsional kepada bahasa tersebut di luar lingkup rumah tangga. Komunitas harus melihat bahasa mereka sebagai aset berharga, bukan sebagai beban. Ketika bahasa tersebut digunakan dalam konteks kontemporer dan fungsional, peluang untuk bertahan hidup akan meningkat secara signifikan. Pemertahanan bahasa adalah investasi jangka panjang dalam keragaman kognitif dan budaya umat manusia.

Peran Teknologi Digital

Teknologi modern menawarkan alat yang ampuh untuk pemertahanan. Jika dahulu bahasa terancam karena kurangnya media cetak, kini ancaman datang dari dominasi media digital. Untuk melawan ini, aktivis bahasa harus memanfaatkan platform digital. Membuat konten viral, meme, atau bahkan *keyboard layout* untuk bahasa lokal dapat membantu bahasa tersebut "hadir" di ruang digital yang dikuasai bahasa global. Inisiatif seperti transliterasi, pembuatan emoji lokal, dan penggunaan media sosial untuk percakapan sehari-hari dapat menghidupkan kembali bahasa tersebut di tengah arus modernitas, menunjukkan bahwa warisan kuno bisa tetap relevan di abad ke-21.