Keterbatasan yang Melekat: Memahami Apa yang Mustahil bagi Rasul

BATAS Ikon yang melambangkan keterbatasan manusiawi Rasul di bawah batasan wahyu ilahi.

Konsep kenabian dalam berbagai tradisi agama sering kali mengarah pada pemujaan dan penyucian terhadap sosok rasul. Mereka dianggap pembawa pesan ilahi, manusia pilihan yang menerima wahyu langsung dari Tuhan. Namun, pemahaman yang utuh mengenai kedudukan rasul menuntut pengakuan bahwa meskipun mereka memiliki status yang sangat tinggi, mereka tetaplah manusia biasa yang dibatasi oleh kodrat kemanusiaan mereka. Memahami apa yang mustahil bagi rasul adalah kunci untuk menghargai keunikan sekaligus batasan yang melekat pada tugas mulia mereka.

Kodrat Kemanusiaan yang Tak Terhindarkan

Inti dari batasan seorang rasul terletak pada kenyataan bahwa mereka adalah manusia, terbuat dari tanah, tunduk pada hukum alam dan kebutuhan biologis yang sama dengan umat manusia lainnya. Mereka makan, minum, merasakan sakit, dan pada akhirnya, mereka mati. Tuntutan untuk tidak pernah berbuat salah, atau memiliki pengetahuan absolut tentang segala sesuatu, adalah sesuatu yang mustahil bagi mereka. Rasul tidak diciptakan sebagai entitas yang sepenuhnya terlepas dari realitas fisik.

Sebagai contoh, meskipun mereka menerima wahyu ilahi, mereka tidak memiliki kemampuan untuk melihat masa depan secara utuh—hanya aspek-aspek tertentu yang diizinkan oleh Tuhan untuk diungkapkan. Mereka tidak bisa memaksakan iman kepada orang lain; upaya paksaan dalam keyakinan adalah di luar kuasa mereka, karena hati dan pilihan adalah domain Tuhan.

Keterbatasan dalam Pengetahuan dan Pengalaman

Seringkali, terdapat anggapan bahwa karena rasul adalah penerima wahyu, pengetahuan mereka seharusnya melampaui batas pengetahuan manusia pada zamannya. Meskipun wahyu memberikan pengetahuan superior mengenai hal-hal gaib dan hukum ilahi, ini tidak berarti mereka otomatis menguasai seluruh ilmu pengetahuan duniawi—seperti fisika modern, biologi tingkat sel, atau astronomi kompleks—yang belum ditemukan oleh peradaban saat itu. Pengetahuan mereka fokus pada misi kenabian.

Sesuatu yang secara tegas mustahil bagi rasul adalah mengabaikan emosi atau melakukan tindakan yang secara inheren bertentangan dengan sifat manusiawi yang wajar, selama hal tersebut tidak termasuk kategori dosa atau pelanggaran wahyu. Misalnya, mereka bisa bersedih ketika menghadapi penolakan atau kehilangan orang yang dicintai. Kesedihan atau ketakutan dalam menghadapi bahaya adalah respons alami yang menunjukkan bahwa mereka adalah manusia seutuhnya, sehingga pesan yang mereka bawa menjadi lebih mudah diterima dan direplikasi oleh pengikut mereka.

Menghindari Pola Pikir "Kemahakuasaan"

Kesalahan terbesar dalam memahami rasul adalah mengasosiasikan mereka dengan kemahakuasaan (omnipotence) atau kemahatahuan (omniscience) Tuhan. Tindakan yang benar-benar mustahil bagi rasul adalah melakukan hal-hal yang secara tegas menjadi hak prerogatif Tuhan, seperti menciptakan alam semesta, menghidupkan kembali orang mati atas kehendak sendiri (bukan sebagai mukjizat atas izin Tuhan), atau menetapkan standar moral baru tanpa otorisasi ilahi.

Pengakuan terhadap batasan ini justru meninggikan status mereka. Mereka dipilih bukan karena kesempurnaan fisik atau intelektual mereka di luar norma manusia, melainkan karena kesempurnaan moral, keteguhan hati, dan ketaatan total mereka terhadap instruksi ilahi. Keberhasilan mereka terletak pada kemampuan mereka untuk menanggung beban wahyu sambil tetap berjalan di atas bumi sebagai manusia.

Dengan demikian, memahami apa yang mustahil bagi rasul membantu kita menjaga jarak yang sehat antara pemuliaan terhadap pembawa pesan dan pemujaan terhadap Sang Pengirim Pesan. Rasul adalah teladan dalam menjalankan tugas kemanusiaan seoptimal mungkin di bawah tuntunan Ilahi, bukan entitas yang terbebas dari batasan eksistensi manusia itu sendiri.

Tugas utama mereka adalah menyampaikan, bukan memaksa; mengingatkan, bukan mengendalikan alam semesta. Ini adalah pengingat kuat bahwa bahkan utusan Tuhan pun beroperasi dalam kerangka yang telah ditetapkan oleh Pencipta.