Dalam dunia seni pertunjukan wayang kulit tradisional Jawa, nama Ki Seno Bagong memancarkan energi yang unik dan modern. Ia bukan sekadar dalang biasa; ia adalah seorang fenomena yang berhasil menjembatani tradisi luhur dengan selera audiens masa kini. Dikenal dengan gaya pementasannya yang sangat dinamis, humor segar, dan kemampuan memainkan gendang yang memukau, Ki Seno Bagong telah mengukir namanya sebagai maestro yang kehadirannya selalu dinanti.
Gendang, dalam konteks pagelaran wayang, adalah instrumen yang krusial, berfungsi sebagai penanda tempo dan pemberi semangat bagi para penabuh gamelan lainnya. Namun, ketika Ki Seno Bagong mengambil alih peran ini—seringkali ia mendalang sambil memainkan gendang secara simultan—hasilnya adalah sebuah pertunjukan yang padat energi. Teknik memainkan gendang ala Ki Seno sangat khas; pukulan yang cepat, variatif, dan seringkali diselipkan dengan sentuhan improvisasi yang mengejutkan penonton. Ia tidak hanya menabuh, ia 'berdialog' dengan alat musik tersebut.
Ilustrasi: Energi Gendang Ki Seno Bagong
Keberhasilan Ki Seno Bagong tidak lepas dari keberaniannya berinovasi tanpa menghilangkan esensi cerita pakem wayang. Ia sering menyisipkan referensi kekinian, mulai dari isu sosial, politik, hingga tren musik populer, yang disampaikan melalui dialog tokoh punakawan seperti Gareng, Petruk, dan Bagong. Hal ini membuat penonton muda, yang mungkin awalnya merasa wayang adalah seni yang kaku, menjadi tertarik dan terlibat aktif dalam alur cerita.
Dalam konteks permainan gendang, inovasi ini terlihat jelas. Pukulan gendangnya seringkali menyerupai ritme musik dangdut, rock, atau bahkan musik elektronik pada bagian-bagian tertentu yang membutuhkan akselerasi dramatis. Gendang yang tadinya hanya berfungsi sebagai penunjuk adegan perang atau momen serius, kini menjadi alat ekspresi emosi dalang secara langsung. Ketika adegan mencapai klimaks, pukulan gendang yang menghentak dari Ki Seno Bagong mampu membangkitkan adrenalin penonton, membuat suasana menjadi sangat hidup.
Banyak pengamat seni mengatakan bahwa kecepatan dan intensitas permainan gendang Ki Seno Bagong mencerminkan semangat zaman sekarang—cepat, penuh tuntutan, dan membutuhkan respons instan. Namun, di balik kecepatan itu, tersimpan disiplin dan pemahaman mendalam terhadap irama pakem karawitan Jawa. Ia menguasai tempo lambat (Dadi) dan tempo cepat (Pancat), namun ia memilih untuk sering bermain di zona kecepatan tinggi karena ia percaya bahwa pagelaran harus selalu "hidup" dari awal hingga akhir.
Karisma Ki Seno Bagong juga terletak pada kemampuannya memimpin orkestra gamelan. Dengan gestur tubuh yang ekspresif dan tatapan mata yang tajam, ia memberikan isyarat kepada para penabuh seperangkat gamelan. Interaksi ini menciptakan sebuah simfoni yang terkoordinasi sempurna, di mana gendang bertindak sebagai dirigen utama yang memimpin seluruh elemen musik. Pertunjukan yang melibatkan Ki Seno Bagong selalu menjadi tontonan yang padat, minim jeda, dan sangat memuaskan secara audial maupun visual. Ia membuktikan bahwa seni tradisi dapat beradaptasi dan bahkan menjadi lebih relevan di tengah gempuran budaya populer global, asalkan sang pembawa warisan memiliki nyali dan kreativitas untuk menafsirkan ulang peran mereka.