Ilustrasi Angka Jawa Representasi visual dari angka-angka dasar dalam aksara Jawa. 1 5 10 ꧑꧐

Memahami Hitungan dalam Bahasa Jawa

Bahasa Jawa, salah satu bahasa daerah paling kaya di Indonesia, memiliki sistem penomoran (hitungan) yang unik dan seringkali berbeda dari Bahasa Indonesia. Mempelajari hitungan Jawa bukan sekadar menghafal angka, tetapi juga memahami konteks budaya di mana angka-angka tersebut digunakan. Dalam konteks bahasa Jawa, terdapat perbedaan signifikan antara bahasa Jawa Ngoko (kasar/santai) dan Krama (halus/sopan), meskipun untuk angka dasar, perbedaannya seringkali lebih kentara pada penggunaannya dalam kalimat daripada nama angkanya sendiri.

Secara umum, hitungan dalam bahasa Jawa dibagi menjadi beberapa tingkatan, namun yang paling sering dipelajari dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah angka dasar dari 1 hingga 100, serta puluhan dan ratusan.

Angka Dasar (1 sampai 10)

Ini adalah fondasi dari semua hitungan Jawa. Angka-angka ini wajib dikuasai karena menjadi basis untuk membentuk angka yang lebih besar. Perhatikan bahwa angka dalam bahasa Jawa Krama seringkali memiliki kata yang berbeda atau ditambahkan imbuhan sopan.

Angka Jawa Ngoko (Dasar) Jawa Krama (Sopan)
1 Siji Setunggal
2 Loro Kalih
3 Telu Tiga
4 Papat Sekawan
5 Lima Gangsal
6 Enam Enem
7 Pitu Pitu
8 Wolu Wolu
9 Sanga Sanga
10 Sepuluh Sadasa

Angka Puluhan dan Ratusan

Setelah angka dasar dikuasai, kita bisa membentuk angka puluhan. Pola umumnya mirip dengan bahasa Indonesia, yaitu angka puluhan diikuti oleh angka satuan. Contohnya, 11 adalah 'sebelas' (sebelas dalam Jawa sering disebut 'sewelas' atau 'sewelas').

Untuk angka puluhan (20, 30, dst.), kita menggunakan akhiran '-likur' untuk angka 21-29 (untuk Ngoko) atau menggunakan bentuk dasarnya dengan penyesuaian Krama. Namun, untuk angka kelipatan sepuluh penuh (20, 30, 40), formatnya lebih sederhana.

Contoh penting dalam hitungan belasan:

Angka 20 ke atas seringkali menggunakan konstruksi yang menunjukkan sisa dari angka yang akan dicapai. Misalnya, 21 dalam Ngoko adalah 'Selikur' (satu sisa dari dua puluh). Namun, dalam penggunaan modern, banyak penutur cenderung mengikuti pola Bahasa Indonesia saat mengucapkan angka puluhan penuh (misalnya 30 = Telung puluh).

Ratusan dan Ribuan

Ratusan menggunakan kata 'Atus' (seratus). Seribu menggunakan kata 'Sewu'.

Catatan Penting Mengenai Variasi:
Perlu diingat bahwa Bahasa Jawa memiliki dialek yang berbeda (misalnya Jawa Mataraman, Jawa Pesisir). Beberapa daerah mungkin memiliki variasi lafal atau kata untuk angka tertentu, terutama dalam tingkatan Krama Inggil (sangat halus). Selalu perhatikan lawan bicara Anda untuk menentukan tingkat kesopanan bahasa yang harus digunakan.

Penggunaan dalam Konteks Sehari-hari

Menguasai hitungan Jawa sangat berguna saat berinteraksi dengan masyarakat Jawa yang lebih tua atau dalam situasi formal seperti upacara adat. Ketika berbelanja di pasar tradisional atau mendengarkan penasihat (sesepuh), penggunaan angka yang benar menunjukkan rasa hormat dan apresiasi terhadap budaya lokal.

Misalnya, jika Anda ingin menanyakan harga seharga lima ribu rupiah, dalam bahasa Jawa Ngoko Anda bisa bertanya: "Pinten regane limang ewu?" (Berapa harganya lima ribu?). Jika ingin lebih sopan (Krama), Anda mungkin akan menggunakan: "Ados pira reganipun gangsal èwu?"

Proses belajar hitungan dalam bahasa Jawa memerlukan praktik berkelanjutan. Mulailah dari angka 1 sampai 20, pahami perbedaan Ngoko dan Krama untuk satuan dasar, dan kemudian lanjutkan ke puluhan dan ratusan. Meskipun banyak orang Jawa modern beralih menggunakan angka Bahasa Indonesia dalam keseharian yang cepat, memahami struktur hitungan tradisional ini adalah kunci untuk menguasai kedalaman bahasa Jawa.

Pelestarian bahasa daerah bergantung pada upaya penutur muda untuk mempelajari nuansa-nuansa seperti hitungan ini. Dengan mengenali 'siji', 'loro', 'telu', hingga 'sewu', kita membuka pintu pemahaman yang lebih dalam terhadap warisan budaya Jawa yang kaya.

Secara keseluruhan, hitungan dalam bahasa Jawa menawarkan sistem yang logis meskipun memiliki kompleksitas perbedaan tingkatan bahasa. Dengan fokus pada angka dasar dan sedikit latihan, Anda akan segera mahir menghitung ala Jawa.