Industri peternakan ayam petelur merupakan sektor yang krusial dalam penyediaan protein hewani bagi masyarakat. Siklus produksi ayam petelur memiliki beberapa tahapan, dan salah satu yang kerap menjadi sorotan adalah saat ayam petelur tersebut mencapai masa afkir atau masa pensiun. Ayam afkir ini memiliki karakteristik dan nilai jual yang berbeda dari ayam petelur yang masih produktif. Memahami fluktuasi harga ayam afkir petelur menjadi penting bagi para peternak untuk melakukan perhitungan bisnis yang akurat dan menentukan waktu yang tepat untuk menjual aset mereka.
Ayam petelur memiliki usia produktif yang terbatas. Umumnya, ayam petelur akan mencapai puncak produksinya pada usia sekitar 18 bulan hingga 20 bulan. Setelah melewati fase ini, produksi telur akan mulai menurun secara signifikan. Penurunan produksi ini membuat ayam tersebut tidak lagi ekonomis untuk dipelihara sebagai ayam petelur. Pada titik inilah, ayam tersebut dianggap telah afkir dan siap untuk dialihfungsikan atau dijual sebagai ayam potong. Nilai jual ayam afkir ini biasanya didasarkan pada bobot dagingnya, bukan pada hasil telur yang dihasilkannya.
Sama seperti komoditas lainnya, harga ayam afkir petelur tidak statis. Terdapat berbagai faktor yang saling terkait yang memengaruhi dinamika harganya di pasaran:
Jumlah ayam afkir yang tersedia di pasaran menjadi faktor utama. Jika terdapat banyak peternak yang bersamaan mengafkirkan ayam mereka, maka pasokan akan melimpah. Dalam teori ekonomi, kelimpahan pasokan cenderung menurunkan harga. Sebaliknya, jika pasokan ayam afkir sedikit, harga bisa cenderung naik.
Permintaan terhadap ayam afkir datang dari berbagai segmen. Industri pengolahan daging ayam, pedagang ayam potong skala kecil, hingga rumah tangga yang mencari alternatif daging ayam yang lebih terjangkau seringkali menjadi pembeli ayam afkir. Tingkat permintaan ini sangat dipengaruhi oleh momen-momen tertentu, seperti menjelang hari raya keagamaan atau ketika harga ayam potong segar sedang tinggi.
Kualitas ayam afkir sangat ditentukan oleh bobot badannya saat dijual. Ayam petelur yang dipelihara dengan baik hingga akhir masa produktifnya biasanya memiliki bobot yang lebih ideal. Semakin baik kualitas dan bobot ayam afkir, semakin tinggi pula nilai jualnya. Kondisi kesehatan ayam juga menjadi pertimbangan penting.
Biaya operasional peternakan, terutama biaya pakan, merupakan komponen pengeluaran terbesar. Jika biaya pakan tinggi, peternak cenderung menjual ayam afkir dengan harga yang lebih tinggi pula untuk menutupi modal dan mendapatkan keuntungan.
Inflasi, daya beli masyarakat, dan kebijakan pemerintah terkait sektor peternakan juga dapat memengaruhi harga. Pada saat ekonomi sedang lesu, daya beli masyarakat mungkin menurun, yang berdampak pada permintaan dan harga ayam afkir.
Peraturan mengenai peredaran daging ayam, standar kesehatan hewan, dan kebijakan impor/ekspor juga bisa memberikan dampak tidak langsung terhadap harga ayam afkir petelur.
Menentukan angka pasti untuk harga ayam afkir petelur tanpa merujuk pada data pasar terkini adalah hal yang sulit, mengingat fluktuasi yang terjadi. Namun, berdasarkan pola umum, harga ayam afkir biasanya berada di bawah harga ayam potong broiler yang masih muda dan segar. Ini karena daging ayam afkir cenderung lebih alot dan memiliki tekstur yang berbeda, sehingga lebih cocok untuk diolah menjadi berbagai jenis masakan seperti opor, semur, atau ayam goreng ungkep.
Para peternak seringkali memantau informasi dari pasar induk, pedagang perantara, atau asosiasi peternak untuk mendapatkan gambaran terkini mengenai harga. Kemitraan yang baik dengan pengepul atau industri pengolahan juga dapat membantu mendapatkan kepastian harga yang lebih baik.
Bagi peternak yang akan menjual ayam afkirnya, beberapa tips berikut dapat membantu:
Memahami berbagai aspek yang memengaruhi harga ayam afkir petelur adalah kunci bagi keberlanjutan usaha peternakan ayam petelur. Dengan informasi yang memadai, peternak dapat membuat keputusan bisnis yang lebih strategis dan mengoptimalkan pendapatan mereka.