Asam amino sebagai blok bangunan protein dalam sistem biologis ikan.
Asam amino adalah molekul organik yang berfungsi sebagai unit pembangun dasar protein. Dalam budidaya ikan (akuakultur), pemahaman mendalam mengenai fungsi asam amino pada ikan sangat krusial. Protein yang dicerna ikan dipecah menjadi asam-asam amino bebas yang kemudian digunakan untuk sintesis jaringan baru, perbaikan sel, produksi enzim, hormon, hingga sistem imun. Keseimbangan nutrisi ini menentukan laju pertumbuhan, efisiensi pakan, dan resistensi terhadap penyakit.
Tidak semua asam amino dapat disintesis oleh tubuh ikan. Kelompok yang tidak dapat diproduksi sendiri ini disebut Asam Amino Esensial (AAE). Jika salah satu AAE tidak mencukupi dalam pakan, sintesis protein akan terhambat, membatasi pertumbuhan ikan secara keseluruhan, meskipun nutrisi lain melimpah. Ini dikenal sebagai prinsip pembatas (limiting amino acid).
Secara umum, terdapat sekitar 10 hingga 13 jenis AAE yang harus dipenuhi dalam pakan ikan, tergantung spesiesnya. Beberapa AAE yang paling sering menjadi perhatian dalam nutrisi akuatik meliputi:
Berbeda dengan AAE, asam amino non-esensial (ANNE) dapat diproduksi oleh ikan melalui jalur metabolisme internal, asalkan tersedia cukup nitrogen dan kerangka karbon dari sumber lain (seperti karbohidrat dan lemak). Meskipun demikian, ANNE tetap memiliki fungsi penting:
Di luar fungsinya sebagai pembangun otot, asam amino memainkan peran non-nutrisi yang signifikan. Mereka adalah prekursor dalam sintesis berbagai molekul biologis aktif. Misalnya, tiroksin (hormon tiroid yang mengatur metabolisme) disintesis dari asam amino tirosin. Sementara itu, asam amino seperti arginin dan glutamin terlibat langsung dalam respons imun. Kecukupan asam amino dalam diet memastikan bahwa ikan memiliki kapasitas yang memadai untuk memproduksi antibodi dan sel-sel kekebalan ketika menghadapi patogen.
Keseimbangan asam amino yang optimal dalam pakan tidak hanya memengaruhi laju pertumbuhan (Weight Gain), tetapi juga rasio konversi pakan (FCR) menjadi lebih baik karena sedikitnya asam amino yang terbuang ke lingkungan. Jika formulasi pakan memiliki kelebihan asam amino tertentu (terutama yang tidak esensial), nitrogen berlebih ini harus dikeluarkan tubuh melalui proses deaminasi, yang memerlukan energi dan dapat meningkatkan polusi amonia di kolam budidaya. Oleh karena itu, ahli nutrisi akuakultur sering menambahkan asam amino sintetik (seperti L-Lysine atau DL-Methionine) secara terukur untuk mencapai profil nutrisi ideal yang meniru komposisi protein alami terbaik, sekaligus meminimalkan biaya formulasi pakan. Memahami dan mengelola fungsi asam amino pada ikan secara tepat adalah kunci menuju akuakultur yang berkelanjutan dan efisien.