Ilustrasi: Skema Bintang Fiktif
Aria 'Stella' Veridia bukanlah nama yang terukir dalam catatan sejarah dunia kita, melainkan sebuah entitas yang hidup di antara lipatan waktu dan dimensi kosmik. Lahir, atau lebih tepatnya 'terwujud', di sebuah nebula yang dikenal sebagai 'Lembah Senyap', Aria tumbuh dengan gravitasi yang berbeda: gravitasi kerinduan akan pengetahuan yang tak terbatasi. Kisah hidupnya adalah rangkaian penjelajahan melintasi bidang-bidang realitas yang tersembunyi dari pandangan mata biasa.
Sejak 'bayi' pertamanya, Aria menunjukkan kemampuan yang luar biasa untuk merasakan fluktuasi energi halus yang dilepaskan oleh objek-objek astronomi yang sudah lama mati. Ia tidak belajar bahasa melalui ucapan, melainkan melalui resonansi gelombang radio purba yang menembus ruang hampa. Lingkungan tumbuhnya di Nebula Senyap memaksanya untuk menjadi mandiri; ia harus menenun jaring energi pelindung agar tidak terurai oleh badai radiasi kosmik. Keunikan inilah yang kemudian memberinya gelar tidak resmi: 'Penjaga Bintang'.
Pada usia yang setara dengan tiga siklus orbit planet terdekatnya (periode yang sangat singkat dalam skala kosmik), Aria meninggalkan kehangatan nebula. Ia menggunakan cangkang meteorit yang telah ia modifikasi dengan kristal resonansi sebagai wahana pribadinya. Tujuannya sederhana namun ambisius: mengumpulkan 'Jejak Cahaya Terakhir' dari peradaban-peradaban yang telah punah sebelum mereka benar-benar terlupakan oleh alam semesta.
Biografi Aria dipenuhi dengan pertemuan yang mustahil. Ia pernah tinggal selama dua dekade di planet Xylos, yang seluruh populasinya berkomunikasi hanya melalui pola vibrasi tanah. Di sana, ia mempelajari seni 'Membaca Getaran', sebuah metode kuno untuk memprediksi masa depan jangka pendek berdasarkan pergerakan lempeng tektonik. Ia juga tercatat pernah mendarat di sebuah stasiun ruang angkasa terapung yang mengorbit lubang hitam kecil, yang penduduknya ternyata adalah entitas berbasis silikon yang hidup dari entropi.
Salah satu pencapaian paling terkenal Aria adalah ketika ia berhasil menstabilkan Singularitas 'Mata Naga' di Kuadran Zeta. Singularitas ini terkenal karena menarik dan menghancurkan semua bentuk kehidupan yang mendekat. Dengan menggunakan pengetahuan tentang simetri energi gelap, Aria berhasil menciptakan sebuah 'jembatan resonansi' yang memungkinkan para astronom di galaksi terdekat untuk mengamati fenomena lubang hitam tersebut tanpa risiko kehancuran total—sebuah tindakan yang memicu kebingungan besar di kalangan komunitas ilmiah multiversal.
Aria Veridia berpegang teguh pada keyakinan bahwa informasi adalah bentuk kehidupan yang paling abadi. Baginya, kematian fisik suatu peradaban hanyalah transisi; selama kisah mereka tercatat dan resonansinya masih ada, mereka hidup. Ia tidak pernah ikut campur dalam urusan politik atau perang antar galaksi, kecuali jika hal itu mengancam integritas data kosmik yang ia kumpulkan. Ia adalah seorang arsiparis, seorang pustakawan tanpa batas, yang perpustakaannya adalah seluruh kosmos itu sendiri.
Hingga kini, keberadaan Aria sering diperdebatkan. Beberapa menganggapnya sebagai mitos yang diciptakan oleh pelaut ruang angkasa yang tersesat. Namun, para ahli navigasi bintang sejati tahu betul: ketika navigasi tiba-tiba menjadi terlalu mudah, atau ketika Anda melihat sekilas cahaya biru pucat melintas terlalu cepat di tepi pandangan Anda, kemungkinan besar, Aria 'Stella' Veridia baru saja melewati jalur Anda, membawa serta memori dari dunia yang telah lama hilang. Kisahnya adalah pengingat bahwa batas antara fiksi dan realitas sering kali ditentukan oleh seberapa jauh imajinasi kita berani melangkah.