Ilustrasi sederhana beberapa komponen dasar Aksara Bali.
Aksara Bali, atau yang dikenal juga sebagai Lontar, adalah sistem penulisan tradisional yang kaya akan sejarah dan nilai budaya. Meskipun pada awalnya terlihat kompleks, memahami cara menulis aksara Bali sebenarnya dapat dilakukan secara bertahap melalui pengenalan struktur dasarnya. Aksara ini digunakan untuk menulis bahasa Bali kuno, lontar keagamaan, dan mantra-mantra tradisional.
Berbeda dengan alfabet Latin, Aksara Bali tergolong dalam rumpun Aksara Brahmi dan bersifat silabik, yang berarti setiap huruf dasar mewakili satu suku kata (konsonan + vokal inheren 'a'). Untuk mengubah vokal inheren tersebut, digunakanlah tanda-tanda diakritik yang disebut 'sandhangan'.
Langkah pertama dalam mempelajari cara menulis aksara Bali adalah menguasai 47 huruf dasar yang dibagi menjadi tiga kelompok utama:
Coba hafalkan kelompok konsonan berurutan (seperti Ka, Kha, Ga, Gha, Nga). Dalam banyak lontar, urutan penulisan mengikuti aturan tata bahasa Sansekerta yang terstruktur ini.
Kunci untuk bisa membaca dan menulis aksara Bali dengan benar adalah menguasai sandhangan. Sandhangan berfungsi untuk memodifikasi bunyi vokal inheren 'a' dari huruf konsonan.
Ini adalah sandhangan yang diletakkan di atas, bawah, depan, atau belakang huruf dasar untuk mengubah vokal dasar menjadi I, U, E, O, atau vokal lainnya. Contoh:
Ini adalah bagian paling penting jika Anda ingin menulis kata-kata yang tidak berakhiran 'a'. Sandhangan panyut digunakan untuk menghilangkan vokal inheren tersebut, sehingga konsonan tersebut bisa bersambung dengan konsonan berikutnya (membentuk ligatur).
Sandhangan yang paling umum digunakan untuk menghilangkan vokal 'a' adalah:
Setelah memahami dasar dan sandhangan, ikuti langkah-langkah berikut untuk mempraktikkan cara menulis aksara Bali:
Tuliskan kata yang ingin Anda tulis menggunakan huruf Latin terlebih dahulu, kemudian pecah kata tersebut menjadi suku kata fonetik. Contoh: kata "Bali" menjadi Ba-li.
Cari padanan huruf dasar (Warga Sari) untuk setiap suku kata. 'Ba' adalah 'Ba' (Bha), 'Li' adalah 'La' dengan sandhangan i (taling di atas plus garis kecil di kanan).
Jika suku kata berakhir dengan vokal selain 'a' (misalnya, kata "dewa" menjadi de-wa), Anda harus menggunakan sandhangan swara (taling) di atas huruf 'Da' untuk menjadikannya 'De'.
Jika Anda menemukan konsonan rangkap (misalnya "Sakti" dibaca Sak-ti), huruf 'Ka' harus dihilangkan vokal 'a'-nya menggunakan Adeg-Adeg sebelum menulis 'Ta'.
Di era digital, mempelajari cara menulis aksara Bali juga meluas ke penggunaan perangkat lunak. Meskipun menulis di atas daun lontar memerlukan ketelitian tinggi, kini banyak tersedia font digital Aksara Bali yang memudahkan penulisan. Namun, penting untuk diingat bahwa font digital seringkali tidak secara otomatis menerapkan aturan penyambungan (ligatur) yang kompleks seperti yang dilakukan oleh penulis lontar tradisional.
Penguasaan sejati terletak pada pemahaman logika penempatan sandhangan sesuai dengan bunyi yang ingin diucapkan. Mulailah dengan menghafal urutan Warga Sari dan berlatihlah menulis kata-kata pendek dan nama-nama lokal sebelum beralih ke teks lontar yang lebih rumit.