Panduan Lengkap Cara Berbicara dengan Bahasa Isyarat

Ilustrasi Tangan Mengisyaratkan Salam (Halo) Sinyal Dasar

Belajar cara berbicara dengan bahasa isyarat adalah sebuah perjalanan yang luar biasa. Bahasa isyarat bukan sekadar gerakan tangan; ini adalah bahasa visual yang kaya, lengkap dengan tata bahasa, sintaksis, dan ekspresi wajah yang mendalam. Bahasa isyarat yang paling umum digunakan di Indonesia adalah **Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (BISINDO)**, meskipun ada juga **Bahasa Isyarat Indonesia (BASINDO)** yang dikembangkan oleh Persatuan Tuna Rungu Seluruh Indonesia (PERTUNI).

Memahami cara berkomunikasi melalui isyarat akan membuka pintu bagi koneksi yang lebih bermakna dengan komunitas Tuli dan mereka yang memiliki kesulitan berbicara. Artikel ini akan memandu Anda langkah demi langkah untuk memulai perjalanan Anda dalam menguasai bahasa isyarat dasar.

1. Pahami Dasar Komunikasi Visual

Berbeda dengan bahasa lisan yang mengandalkan suara, bahasa isyarat mengandalkan lima parameter utama yang harus diperhatikan:

2. Mulai dengan Alfabet Jari (Fingerspelling)

Alfabet jari adalah cara untuk mengeja kata-kata menggunakan tangan. Ini sangat berguna ketika Anda tidak mengetahui isyarat untuk suatu kata spesifik atau perlu menyebut nama diri. Dalam BISINDO, terdapat beberapa variasi, namun secara umum, konsep dasarnya serupa:

3. Kuasai Kosakata Dasar Sehari-hari

Setelah menguasai alfabet, fokuslah pada isyarat yang paling sering digunakan dalam percakapan sehari-hari. Isyarat-isyarat ini sering kali bersifat ikonik (bentuknya menyerupai objeknya) atau abstrak.

Contoh Isyarat Penting:

Pastikan Anda menggunakan ekspresi wajah yang sesuai saat melakukan isyarat ini:

  1. Halo/Selamat Datang: Biasanya melibatkan gerakan tangan terbuka yang bergerak sedikit ke samping atau ke atas (mirip memberi hormat tapi lebih santai).
  2. Terima Kasih: Tangan mengepal (seperti mengambil sesuatu) dan membawanya ke dagu atau mulut lalu didorong ke depan. Ekspresi wajah tersenyum sangat penting.
  3. Ya dan Tidak: Untuk 'Ya', biasanya tangan mengepal dan mengangguk-angguk (mengikuti ritme visual). Untuk 'Tidak', jari telunjuk dan tengah diketuk bersamaan (mirip gerakan menyela).
  4. Saya/Aku: Jari telunjuk menunjuk ke dada sendiri.
  5. Anda/Kamu: Jari telunjuk menunjuk ke lawan bicara.

4. Pentingnya Ekspresi Non-Manual (NMS)

Ini adalah salah satu kesalahan terbesar pemula: mengabaikan wajah. Dalam bahasa lisan, intonasi menentukan apakah kalimat adalah pernyataan atau pertanyaan. Dalam bahasa isyarat, hal ini ditentukan oleh NMS.

Untuk Pertanyaan "Ya/Tidak": Alis mata harus dinaikkan. Jika alis datar, itu adalah pernyataan.

Untuk Pertanyaan "Wh-" (Apa, Siapa, Kapan): Alis mata harus diturunkan atau dikerutkan, dan kepala mungkin sedikit dimiringkan ke depan.

Latihan ini memerlukan cermin. Lihatlah diri Anda saat membuat isyarat. Apakah ekspresi wajah Anda sudah mendukung makna yang Anda sampaikan?

5. Integrasi Tata Bahasa (Sintaksis)

Meskipun Anda bisa mengeja kata per kata, bahasa isyarat memiliki struktur kalimat yang berbeda dari Bahasa Indonesia. Bahasa isyarat cenderung menggunakan struktur Topik-Komentar, atau sering kali mengikuti urutan Objek-Subjek-Predikat (OSP) atau Subjek-Objek-Predikat (SOP), tergantung pada konteks dan bahasa isyarat yang digunakan (BISINDO atau BASINDO).

Contoh: Dalam bahasa Indonesia kita berkata, "Saya mau makan nasi." Dalam isyarat, Anda mungkin akan mengisyaratkan "MAKAN, SAYA" atau "NASI, SAYA MAU MAKAN". Perhatikan bagaimana kata kerja (makan) dan objek (nasi) sering ditempatkan lebih awal untuk menetapkan konteks.

6. Cari Komunitas dan Sumber Belajar

Cara terbaik untuk menguasai cara berbicara dengan bahasa isyarat adalah dengan berinteraksi langsung. Jangan takut membuat kesalahan.

Memulai adalah langkah terbesar. Dengan kesabaran dan kemauan untuk berkomunikasi secara visual, Anda akan segera dapat "berbicara" dengan tangan Anda.