Simbol Keindahan Bahasa Sebuah ilustrasi abstrak yang menggabungkan unsur bunga (Melati/Kamboja) dengan aksara lontara yang melengkung. C N T K

Pesona Keindahan dalam Bahasa Makassar

Makassar, jantung peradaban Bugis-Makassar, tidak hanya kaya akan sejarah maritim tetapi juga memiliki kekayaan linguistik yang memukau. Bahasa Makassar, dengan ragam dialeknya yang khas, menyimpan banyak ungkapan yang menggambarkan filosofi hidup dan penghargaan terhadap keindahan, baik fisik maupun batin. Ketika kita berbicara tentang kata "cantik" dalam konteks bahasa ini, kita tidak hanya merujuk pada rupa semata, tetapi pada harmoni keseluruhan.

Makna 'Cantik' Melampaui Fisik

Dalam banyak bahasa daerah di Indonesia, deskripsi keindahan sering kali sangat kontekstual. Bahasa Makassar memiliki beberapa padanan untuk kata "cantik," namun yang paling sering dijumpai dan memiliki makna mendalam adalah kata Mabajik. Mabajik secara harfiah bisa berarti "baik" atau "bagus," namun dalam konteks estetika, ia melingkupi kebaikan perilaku, keindahan hati, dan keselarasan penampilan. Ini menunjukkan bahwa masyarakat Makassar sejak dahulu kala memandang kecantikan sebagai paket utuh.

Ketika seorang wanita digambarkan Mabajik, pujian tersebut menyiratkan bahwa ia tidak hanya rupawan secara visual, tetapi juga memiliki budi pekerti yang luhur. Ini adalah konsep yang sangat penting dalam kebudayaan Bugis-Makassar, di mana etika sosial (disebut Sopanji) memegang peranan sentral. Kecantikan tanpa kebaikan hati dianggap kurang lengkap.

Ungkapan Lain untuk Keindahan

Selain Mabajik, terdapat ungkapan lain yang lebih spesifik atau puitis. Misalnya, untuk mendeskripsikan wajah yang sangat elok, sering digunakan frasa yang berhubungan dengan cahaya atau kemuliaan. Salah satu kata yang populer adalah Gauk, yang walaupun lebih luas maknanya, sering digunakan untuk menunjuk pada sesuatu yang menarik perhatian dengan cara yang positif dan mempesona.

Bayangkan sebuah ungkapan puitis: "Rupa'na Mabajik, Pammulangna siri’ta." Kalimat ini bisa diartikan sebagai: "Wajahnya (atau penampilannya) sungguh indah, (tercermin dari) kehormatannya." Ini mempertegas kembali tesis bahwa kehormatan diri atau menjaga Siri’ (harga diri) adalah bagian integral dari definisi kecantikan dalam perspektif bahasa Makassar. Seorang wanita yang menjaga dirinya dengan baik, baik ucapan maupun perbuatan, adalah wanita yang dinilai Mabajik.

Kecantikan Alam yang Terpancar

Keindahan bahasa Makassar tidak hanya terbatas pada pujian antarmanusia. Alam di sekitar mereka juga digambarkan dengan kata-kata yang kaya. Keindahan pantai Losari saat matahari terbenam, hijaunya pepohonan di dataran tinggi Malino, sering kali digambarkan menggunakan metafora yang berasal dari pengalaman hidup sehari-hari.

Misalnya, ketika memuji langit yang cerah, mereka mungkin menggunakan deskripsi yang menekankan kejernihan dan kesegaran, hal-hal yang sangat dihargai dalam budaya yang sangat bergantung pada laut dan cuaca. Keindahan diidentikkan dengan kemakmuran dan keberkahan. Sebuah panen yang melimpah atau laut yang tenang adalah cerminan dari keindahan yang fungsional dan menopang kehidupan.

Warisan dan Masa Kini

Meskipun modernisasi membawa serapan kata dari bahasa lain, inti dari kata-kata deskriptif kecantikan dalam bahasa Makassar tetap bertahan. Generasi muda saat ini mungkin lebih sering menggunakan istilah serapan, namun pemahaman kultural tentang Mabajik sebagai kesatuan antara lahiriah dan batiniah terus diwariskan melalui cerita rakyat, lagu-lagu daerah, dan upacara adat.

Memahami kata Mabajik adalah sebuah jendela untuk mengapresiasi budaya Sulawesi Selatan secara lebih mendalam. Ini adalah bahasa yang menghargai integritas, kesantunan, dan kebaikan di atas segalanya, menjadikannya bahasa yang indah bukan hanya karena bunyinya, tetapi karena filosofi yang terkandung di dalamnya. Kecantikan dalam bahasa Makassar adalah cerminan jiwa yang terawat baik.