Mobil diesel telah lama menjadi pilihan populer karena efisiensi bahan bakarnya yang unggul dan torsi yang kuat. Namun, seiring perkembangan teknologi dan isu lingkungan, konsep campuran solar untuk mobil diesel semakin relevan. Campuran ini, seringkali melibatkan campuran solar konvensional (Solar Gas Oil/SGO) dengan bahan bakar alternatif seperti biodiesel (misalnya B30, B40, atau bahkan B100), atau penambahan aditif tertentu, memiliki tujuan utama untuk meningkatkan performa, mengurangi emisi, atau memperpanjang umur mesin.
Mengapa Perlu Mencampur Solar?
Di Indonesia, standar bahan bakar diesel yang umum digunakan adalah Biosolar yang merupakan campuran solar dengan 30% minyak nabati (B30). Namun, di beberapa negara atau dalam aplikasi spesifik, modifikasi campuran dapat dilakukan. Terdapat beberapa alasan mendasar mengapa pemilik atau operator kendaraan diesel mempertimbangkan pencampuran:
- Kepatuhan Regulasi Lingkungan: Mengurangi jejak karbon dengan mengganti sebagian solar dengan bahan bakar terbarukan.
- Peningkatan Cetane Number: Beberapa aditif atau campuran dapat meningkatkan angka cetane, yang menghasilkan pembakaran lebih halus dan efisien.
- Pelumasan (Lubricity): Biodiesel memiliki sifat pelumasan yang lebih baik dibandingkan solar murni, membantu melindungi komponen sistem injeksi yang sensitif.
- Ketersediaan dan Biaya: Dalam situasi tertentu, pencampuran dapat menjadi solusi logistik atau ekonomis.
Komponen Campuran Umum
Pencampuran solar biasanya berfokus pada dua area utama: aditif kimia atau penambahan minyak nabati/biofuel. Aditif yang paling umum digunakan adalah peningkat cetane, pelarut, atau agen anti-busa. Namun, ketika kita berbicara tentang "campuran solar" dalam skala besar, biodiesel adalah fokus utamanya.
1. Biodiesel (B30, B40, dst.)
Biodiesel adalah bahan bakar yang diproduksi dari minyak nabati (seperti minyak kelapa sawit di Indonesia) atau lemak hewani melalui proses transesterifikasi. Campuran B30 berarti 30% biodiesel dicampur dengan 70% solar berbasis minyak bumi. Penggunaan B30 umumnya aman untuk hampir semua mesin diesel modern tanpa modifikasi. Peningkatan ke B40 atau lebih tinggi memerlukan perhatian lebih, terutama pada material selang bahan bakar dan segel karet yang mungkin tidak kompatibel dengan kandungan ester yang lebih tinggi.
2. Aditif Khusus
Beberapa pemilik kendaraan, terutama yang menggunakan bahan bakar dengan kualitas cetane rendah atau sering beroperasi dalam cuaca dingin, mungkin menambahkan aditif. Aditif pelumas sangat penting jika menggunakan solar murni (yang kurang melumasi dibandingkan biodiesel). Campuran ini harus selalu dilakukan sesuai dosis yang direkomendasikan pabrikan aditif.
Risiko dan Pertimbangan Teknis
Meskipun ide pencampuran terdengar menguntungkan, risiko kegagalan mesin atau penurunan performa tidak dapat diabaikan. Mesin diesel modern, terutama Common Rail Direct Injection (CRDI), sangat presisi. Perubahan pada viskositas, titik nyala, atau kandungan air dalam bahan bakar dapat menyebabkan:
- Kerusakan Injektor dan Pompa Bahan Bakar: Jika kandungan ester (pada biodiesel) terlalu tinggi, dapat terjadi degradasi pada komponen karet, menyebabkan kebocoran atau kegagalan pelumasan.
- Pembentukan Endapan (Gummy Deposits): Biodiesel yang tidak stabil atau berkualitas rendah dapat teroksidasi, meninggalkan residu lengket di filter bahan bakar atau komponen mesin.
- Masalah pada Suhu Dingin: Biodiesel cenderung lebih cepat membentuk gel (parafin) pada suhu rendah dibandingkan solar biasa, yang dapat menyumbat filter dan menghentikan suplai bahan bakar.
Kesimpulan
Campuran solar untuk mobil diesel adalah subjek yang kompleks. Di ranah regulasi nasional, seperti penggunaan B30 di Indonesia, campuran tersebut sudah teruji dan terstandarisasi untuk memastikan kompatibilitas mesin. Namun, jika Anda berencana untuk bereksperimen dengan rasio pencampuran yang lebih tinggi (di atas standar pemerintah) atau menggunakan aditif non-standar, konsultasi mendalam dengan bengkel spesialis diesel atau merujuk pada manual kendaraan adalah langkah wajib. Keandalan mesin diesel bergantung pada kualitas bahan bakar yang konsisten dan sesuai spesifikasi pabrikan.