Bagi komunitas tuna rungu dan mereka yang berinteraksi dengan mereka, bahasa tubuh bukan sekadar pelengkap komunikasi; ia adalah fondasi utama. Meskipun Bahasa Isyarat (seperti BISINDO atau ASL) adalah bahasa visual yang lengkap, seringkali dalam interaksi sehari-hari atau situasi darurat, isyarat dasar tubuh dan ekspresi wajah memegang peranan krusial.
Mengoptimalkan penggunaan bahasa tubuh dapat meminimalisir kesalahpahaman, memperkuat koneksi emosional, dan membuat interaksi menjadi lebih lancar dan menyenangkan bagi kedua belah pihak.
Dalam banyak bahasa isyarat, ekspresi wajah berfungsi sebagai "tanda baca" gramatikal. Bagi mereka yang tidak menggunakan bahasa isyarat formal, ekspresi wajah tetap menjadi indikator penting dari niat dan perasaan komunikator.
Cara Anda memposisikan tubuh dapat mengirimkan sinyal yang kuat mengenai keterbukaan dan kesiapan Anda untuk berkomunikasi. Bahasa tubuh yang tertutup (melipat tangan, bahu membungkuk) dapat memberi sinyal penolakan atau ketidaknyamanan.
Ketika Anda ingin memulai atau mempertahankan percakapan dengan seseorang yang tuna rungu, perhatikan beberapa aspek berikut:
Sebelum mengkomunikasikan pesan apa pun, pastikan Anda telah mendapatkan perhatian orang tersebut. Ini adalah langkah etiket yang paling penting.
Pastikan Anda menghadap langsung ke lawan bicara. Komunikasi visual sangat bergantung pada kemampuan melihat gerakan bibir (bagi pembaca bibir) dan isyarat tangan secara keseluruhan. Berbicara sambil membelakangi atau berjalan menjauh hampir selalu menghasilkan kegagalan komunikasi.
Jika Anda tidak menguasai bahasa isyarat, gunakan tangan Anda untuk memperkuat kata-kata atau konsep. Hindari gerakan tangan yang terlalu kecil dan tersembunyi. Gerakan harus cukup besar agar mudah terlihat, namun tidak berlebihan hingga mengganggu.
Contohnya, ketika menjelaskan ukuran, rentangkan tangan Anda secukupnya untuk menunjukkan dimensi tersebut.
Ada beberapa gestur umum yang harus diwaspadai karena bisa disalahartikan, terutama dalam konteks yang berbeda:
Pada intinya, komunikasi yang efektif dengan komunitas tuna rungu—apakah menggunakan bahasa isyarat atau mengandalkan isyarat tubuh—membutuhkan kesabaran, kejelasan, dan yang paling utama, niat tulus untuk dipahami dan memahami.