Internet of Things (IoT) telah mengubah cara kita berinteraksi dengan lingkungan fisik, menghubungkan miliaran perangkat mulai dari sensor sederhana hingga mesin industri kompleks. Keberhasilan proyek IoT sangat bergantung pada fondasi perangkat lunak, terutama pemilihan bahasa pemrograman yang tepat. Karena sifatnya yang beragam—mulai dari perangkat terbatas sumber daya (resource-constrained) hingga platform cloud berskala besar—tidak ada satu bahasa pun yang sempurna untuk semua aspek IoT. Pemilihan bahasa harus mempertimbangkan kebutuhan spesifik seperti efisiensi daya, kecepatan eksekusi, dan kemudahan pengembangan.
Ekosistem IoT dapat dibagi menjadi tiga lapisan utama: lapisan perangkat keras (edge), lapisan gateway, dan lapisan cloud. Setiap lapisan memiliki tuntutan komputasi yang berbeda, sehingga memerlukan bahasa pemrograman dengan karakteristik yang berbeda pula.
Pada perangkat tepi, kendala utama adalah memori, daya pemrosesan, dan konsumsi energi. Bahasa yang dipilih harus ringan dan memiliki jejak memori (memory footprint) yang kecil.
C dan C++ tetap menjadi pilihan dominan untuk pemrograman mikrokontroler dan sistem tertanam (embedded systems) dalam IoT. Kemampuan untuk mengakses perangkat keras secara langsung, manipulasi memori yang sangat baik, dan eksekusi yang sangat cepat menjadikannya tak tertandingi dalam hal efisiensi. Pengembangan firmware menggunakan bahasa ini memberikan kontrol penuh atas alokasi sumber daya, yang krusial untuk perangkat bertenaga baterai.
Untuk perangkat yang sedikit lebih kuat (misalnya, yang menggunakan ESP32 atau Raspberry Pi Pico), MicroPython menawarkan keseimbangan antara kinerja dan kemudahan pengembangan. MicroPython adalah implementasi Python 3 yang dioptimalkan untuk mikrokontroler. Ini memungkinkan pengembang membuat prototipe lebih cepat tanpa mengorbankan terlalu banyak kinerja, menjadikannya populer untuk pengembang yang menginginkan sintaks yang lebih mudah dibaca dibandingkan C/C++.
Gateway IoT bertindak sebagai jembatan antara perangkat tepi dan internet. Mereka seringkali membutuhkan kemampuan untuk menjalankan protokol komunikasi yang kompleks, melakukan pra-pemrosesan data, dan mengelola koneksi banyak perangkat.
Python sangat populer di lapisan gateway. Karena memiliki pustaka yang luas untuk networking, keamanan, dan pemrosesan data (seperti NumPy atau Pandas), Python memungkinkan pengembang untuk dengan cepat mengimplementasikan logika kompleks untuk agregasi dan analisis data awal sebelum mengirimkannya ke cloud. Meskipun lebih lambat dari C/C++, kemudahan penulisan dan pemeliharaannya sering kali lebih berharga pada lapisan ini.
Bagi gateway yang menangani volume data yang sangat besar secara bersamaan, Go semakin populer. Keunggulan Go terletak pada konkurensi bawaannya yang sangat efisien (goroutines), yang ideal untuk menangani banyak koneksi TCP/UDP dari perangkat secara simultan tanpa memerlukan sumber daya yang berlebihan.
Lapisan cloud adalah tempat data IoT dikumpulkan, disimpan, dianalisis secara mendalam, dan digunakan untuk pengambilan keputusan. Di sini, kecepatan eksekusi murni menjadi kurang penting dibandingkan skalabilitas, ekosistem pustaka, dan kemudahan integrasi layanan cloud.
Node.js (JavaScript sisi server) adalah pilihan utama untuk backend layanan IoT karena sifatnya yang non-blocking dan event-driven. Ini sangat cocok untuk membangun RESTful API yang responsif untuk menerima aliran data dari ribuan gateway. Selain itu, konsistensi bahasa (dari frontend hingga backend) menyederhanakan pengembangan full-stack.
Untuk lingkungan enterprise yang memerlukan stabilitas, keamanan yang ketat, dan skalabilitas yang teruji, Java dan C# tetap menjadi kuda pekerja. Mereka menawarkan ekosistem yang matang untuk menangani basis data besar, layanan mikro, dan integrasi dengan sistem ERP atau CRM yang sudah ada.
Tidak ada "satu bahasa terbaik" untuk IoT. Pendekatan modern adalah menggunakan bahasa yang paling sesuai dengan tuntutan spesifik di setiap lapisan arsitektur:
Pengembang IoT yang sukses harus memiliki pemahaman dasar tentang setidaknya dua hingga tiga bahasa ini untuk membangun solusi yang efisien, andal, dan berkelanjutan dari ujung ke ujung.