Bahasa isyarat adalah modalitas komunikasi yang vital bagi komunitas Tuli dan orang dengan gangguan pendengaran di seluruh dunia. Berbeda dengan bahasa lisan yang menggunakan suara dan mulut, bahasa isyarat menggunakan kombinasi gerakan tangan, ekspresi wajah, dan posisi tubuh untuk menyampaikan makna. Memahami bahasa isyarat lengkap berarti memahami sistem linguistik yang kompleks, bukan sekadar gerakan pengganti kata-kata.
Seringkali terjadi kesalahpahaman bahwa bahasa isyarat adalah universal. Padahal, sama seperti bahasa lisan, bahasa isyarat memiliki keragaman geografis dan budaya. Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO) berbeda dengan American Sign Language (ASL) atau British Sign Language (BSL). Setiap bahasa isyarat memiliki tata bahasa, sintaksis, dan kosakata sendiri yang terstruktur dengan baik.
Struktur bahasa isyarat melibatkan lima parameter utama yang dikenal sebagai "Five Parameters of Sign Language":
Mempelajari bahasa isyarat bukan sekadar mempelajari kosa kata baru; ini adalah investasi dalam inklusi sosial. Akses penuh terhadap informasi, pendidikan, dan layanan kesehatan sangat bergantung pada ketersediaan juru bahasa isyarat yang kompeten atau adanya komunitas yang menggunakan bahasa isyarat secara fasih.
Bagi seorang Tuli, bahasa isyarat adalah bahasa ibu mereka. Menggunakan terjemahan lisan (seperti membacakan bibir) sering kali tidak memadai karena keterbatasan persepsi visual dan kecepatan bicara. Oleh karena itu, penguasaan bahasa isyarat lengkap oleh tenaga profesional (guru, dokter, petugas layanan publik) adalah hak dasar yang harus dipenuhi.
Untuk menguasai bahasa isyarat, pendekatan yang paling efektif adalah melalui imersi dan interaksi langsung dengan penutur asli. Kelas formal memberikan dasar tata bahasa dan kosa kata, tetapi kemampuan untuk menangkap nuansa ekspresi wajah dan kecepatan komunikasi alami hanya bisa didapatkan melalui praktik.
Komunitas Tuli sering menyelenggarakan pertemuan sosial di mana orang dengar dapat berlatih. Partisipasi aktif dalam acara-acara ini sangat membantu dalam membangun pemahaman kontekstual. Selain itu, sumber daya daring, seperti kamus video atau kursus online yang diajar oleh penutur asli, kini semakin banyak tersedia, mempermudah siapa pun yang ingin mendalami bahasa isyarat lengkap tanpa harus selalu berada di lingkungan komunitas Tuli secara fisik. Bahasa isyarat membuka pintu komunikasi yang setara, menghargai keragaman cara manusia berhubungan satu sama lain.