Mengenal Babat: Bagian Penting dari Organ Pencernaan Sapi

Ilustrasi Sederhana Diagram Bagian Lambung Sapi BABAT (Rumen) Sistem Pencernaan Ruminansia

Ketika berbicara tentang daging sapi, ada banyak bagian yang populer diolah menjadi hidangan lezat seperti rendang, sate, atau sop. Namun, ada satu bagian yang seringkali menjadi sorotan karena tekstur uniknya, yaitu babat. Pertanyaan yang sering muncul adalah: babat itu bagian apanya sapi? Jawabannya terletak pada sistem pencernaan unik yang dimiliki oleh sapi sebagai hewan ruminansia.

Memahami Anatomi Sapi Ruminansia

Sapi, kerbau, kambing, dan domba termasuk dalam kelompok hewan ruminansia. Hewan-hewan ini memiliki kemampuan luar biasa untuk mencerna makanan berserat tinggi, seperti rumput, melalui proses fermentasi di dalam perut mereka yang kompleks. Tidak seperti manusia yang hanya memiliki satu lambung, sapi memiliki empat kompartemen lambung.

Keempat kompartemen tersebut secara berurutan adalah:

  1. Rumen (Perut Besar): Kompartemen terbesar, berfungsi sebagai tempat fermentasi utama.
  2. Retikulum (Perut Jala): Berbentuk seperti sarang lebah, berfungsi menyaring makanan yang belum tercerna sempurna untuk dikembalikan ke mulut (proses memamah biak).
  3. Omasum (Perut Buku): Berisi lipatan-lipatan yang menyerupai halaman buku, berfungsi menyerap air dan nutrisi kecil.
  4. Abomasum (Perut Sejati): Mirip lambung pada manusia, di mana enzim pencernaan utama bekerja.

Jawaban: Babat Adalah Dinding Rumen

Jadi, secara spesifik, babat itu adalah dinding dari kompartemen pertama dan terbesar dari lambung sapi, yaitu Rumen. Babat sering disebut juga sebagai 'stomach lining' atau lapisan perut besar.

Karena fungsinya yang utama adalah sebagai tangki fermentasi raksasa tempat mikroorganisme bekerja memecah selulosa rumput, tekstur babat sangat khas. Dinding dalamnya tidak halus melainkan memiliki tonjolan-tonjolan kecil seperti kain beludru atau sarang lebah yang sangat rapat. Tonjolan-tonjolan ini membantu memperluas area permukaan untuk proses penyerapan gas dan nutrisi yang dihasilkan selama fermentasi.

Perbedaan Babat dengan Jenis Jerohan Lain

Dalam dunia kuliner Indonesia, babat sering dikelompokkan bersama dengan 'jeroan' atau 'offal' lainnya, namun teksturnya berbeda signifikan dari:

Proses Pengolahan Babat Agar Siap Konsumsi

Meskipun merupakan bagian organ, babat dianggap sebagai bahan makanan berprotein tinggi. Namun, sebelum bisa dinikmati, babat memerlukan proses pengolahan yang sangat teliti. Ini karena babat mengandung sisa-sisa makanan yang difermentasi, bau khas, dan lapisan luar yang tebal.

Proses pembersihan umumnya melibatkan langkah-langkah intensif:

  1. Pembersihan Awal: Membuang semua isi lambung yang terlihat.
  2. Pengerokan: Mengikis lapisan luar yang kotor dan tebal.
  3. Pencucian Berkali-kali: Direndam dalam air bersih, terkadang dicampur dengan larutan asam ringan seperti cuka atau air jeruk nipis untuk menetralkan bau.
  4. Perebusan (Blanching): Direbus hingga matang dan empuk, seringkali ditambahkan rempah aromatik seperti jahe atau serai untuk menghilangkan sisa bau amis.

Setelah proses ini, tekstur babat akan menjadi lebih kenyal namun empuk, siap menyerap bumbu masakan.

Popularitas Babat dalam Kuliner Dunia

Di Indonesia, babat adalah bintang utama dalam hidangan seperti Soto Babat, terutama di daerah Jawa Tengah, di mana kuah kuning yang kaya rempah sangat cocok berpadu dengan kekenyalan babat. Selain itu, babat juga populer diolah menjadi babat gongso (ditumis pedas) atau digoreng kering sebagai lauk pendamping.

Secara global, babat juga digemari. Di Asia Timur, babat digunakan dalam hidangan seperti Hot Pot atau direbus dengan bumbu kecap asin. Di negara-negara Barat, meskipun tidak sepopuler bagian daging lainnya, babat kadang diolah menjadi sosis atau digunakan dalam masakan tradisional tertentu.

Kesimpulannya, babat bukanlah daging otot biasa; ia adalah bagian penting dari mesin pencernaan sapi yang memungkinkan hewan tersebut bertahan hidup dengan diet rumput. Pemahaman tentang babat itu bagian apanya sapi membantu kita mengapresiasi keunikan anatomi hewan ruminansia sekaligus keragaman kuliner yang ditawarkannya.