Simbol datangnya kejelasan dan petunjuk.
Dalam khazanah keilmuan Islam, terdapat banyak sekali frasa kunci yang mengandung bobot teologis dan historis mendalam. Salah satu frasa yang sering menjadi perhatian para mufassir adalah bagian dari rangkaian kata yang mengandung makna "telah datang kepada kalian". Secara spesifik, ketika kita merujuk pada konteks yang lebih luas, frasa seperti "lakad jaakum" atau variasi lainnya (yang secara harfiah berarti 'sungguh telah datang kepada kalian') sering kali muncul mengawali pernyataan penting dari Allah SWT.
Frasa ini adalah penanda signifikan. Ia bukanlah sekadar pemberitahuan biasa, melainkan sebuah deklarasi bahwa sebuah kebenaran, peringatan, atau utusan telah dihadirkan secara nyata kepada suatu kaum atau umat manusia. Kehadiran ini selalu membawa konsekuensi: yakni pilihan untuk menerima atau menolak.
Ketika ayat-ayat Al-Qur'an menggunakan penekanan dengan kata "lakad" (sungguh telah), ini berfungsi untuk memberikan kepastian mutlak. Ini menekankan bahwa pesan yang dibawa bukan sekadar kemungkinan atau harapan, melainkan sebuah realitas yang sudah terwujud. Dalam berbagai tafsir, rangkaian kata yang serupa sering dikaitkan dengan kedatangan Rasul, turunnya kitab suci, atau datangnya bukti-bukti keesaan Allah.
Makna inti dari kehadiran yang ditegaskan melalui kata seperti "lakad jaakum" adalah transisi dari kegelapan menuju terang. Sebelum kedatangan ini, manusia mungkin berada dalam kebingungan, mengikuti tradisi buta, atau tersesat dalam keraguan. Namun, setelah petunjuk tersebut tiba, standar pertanggungjawaban menjadi jauh lebih tinggi. Semua alasan untuk ketidaktahuan atau kesesatan telah dihapus karena informasi yang valid telah disajikan.
Penerimaan terhadap apa yang "telah datang" (kebenaran) menghasilkan konsekuensi positif berupa rahmat, petunjuk jalan yang lurus, dan keberkahan. Sebaliknya, penolakan terhadap utusan atau wahyu yang telah disampaikan membawa ancaman azab atau penyesalan. Ayat-ayat yang menggunakan pola ini sering kali berfungsi sebagai titik balik sejarah spiritual bagi komunitas yang dituju. Mereka dihadapkan pada pilihan fundamental.
Dalam konteks yang lebih modern, kita dapat mengambil pelajaran bahwa pemahaman dan penyampaian ilmu pengetahuan—khususnya ilmu agama—adalah bentuk kontemporer dari apa yang "telah datang" kepada kita. Kita tidak hidup dalam zaman di mana petunjuk harus dicari dengan susah payah melalui perjalanan jauh, karena petunjuk tersebut—melalui Al-Qur'an dan As-Sunnah—telah tersedia di hadapan kita. Tugas kita adalah benar-benar membuka hati untuk menerima dan mengamalkannya.
Struktur gramatikal dalam bahasa Arab sangat kaya. Penggunaan partikel penekanan (seperti lam taukid yang disematkan pada lafadz 'lakad') memastikan bahwa pendengar atau pembaca tidak meragukan kebenaran klaim tersebut. Ini adalah metode retoris yang kuat yang digunakan oleh Al-Qur'an untuk menguatkan validitas risalah kenabian. Frasa ini berfungsi seperti palu godam yang memecah keraguan.
Setiap kali kita merenungkan ayat yang berbunyi bahwa sesuatu yang agung telah datang, kita diingatkan akan nikmat waktu dan kesempatan. Kesempatan untuk mengenal Tuhan, memahami tujuan hidup, dan mengetahui batasan-batasan yang ditetapkan-Nya adalah rahmat terbesar. Oleh karena itu, memelajari dan merenungkan makna di balik penegasan seperti "ayat lakad jaakum" adalah langkah awal untuk mensyukuri karunia hidayah yang telah dilimpahkan.
Memahami kedalaman dari setiap kata dalam Al-Qur'an membantu kita untuk tidak menyepelekan pesan-pesan yang disampaikan. Kebenaran telah datang, tugas kita adalah memastikan ia tidak datang kepada kita tanpa meninggalkan jejak perubahan yang berarti dalam perilaku dan keyakinan kita sehari-hari.