Memelihara ayam, baik untuk kebutuhan konsumsi telur pribadi maupun sebagai peluang bisnis, selalu menjadi aktivitas yang menyenangkan. Namun, terkadang peternak dihadapkan pada situasi yang membuat frustrasi: ayam yang seharusnya produktif, justru tidak kunjung bertelur. Fenomena ayam tidak bertelur ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari kondisi lingkungan, nutrisi, hingga kesehatan ayam itu sendiri. Memahami akar permasalahannya adalah langkah awal yang krusial untuk menemukan solusi yang tepat dan mengembalikan produktivitas ayam Anda.
Tidak bertelurnya ayam seringkali menjadi tanda adanya sesuatu yang tidak beres dalam manajemen pemeliharaan. Perubahan mendadak pada siklus bertelur ayam bisa menjadi indikator stres, penyakit, atau kekurangan gizi. Oleh karena itu, penting bagi setiap peternak untuk memiliki pemahaman mendalam mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi produksi telur agar dapat mengambil tindakan pencegahan dan penanganan yang efektif.
Ada banyak variabel yang bisa menyebabkan ayam berhenti atau tidak bertelur sama sekali. Mengidentifikasi penyebab spesifik akan membantu Anda dalam memberikan perawatan yang paling sesuai. Berikut adalah beberapa faktor umum yang perlu diperhatikan:
Ayam memiliki siklus hidup, termasuk periode produktivitas telur. Ayam betina biasanya mulai bertelur pada usia sekitar 5-6 bulan, tergantung pada jenis dan perawatannya. Seiring bertambahnya usia, kemampuan ayam untuk bertelur akan menurun dan akhirnya berhenti. Ayam yang sudah terlalu tua umumnya tidak lagi produktif dalam menghasilkan telur.
Nutrisi adalah fondasi utama produksi telur. Kekurangan protein, kalsium, fosfor, vitamin, dan mineral esensial lainnya dapat mengganggu proses pembentukan telur. Kalsium, misalnya, sangat vital untuk pembentukan kulit telur yang kuat. Jika asupan kalsium kurang, ayam mungkin akan menghasilkan telur tanpa cangkang atau berhenti bertelur sama sekali. Pakan yang tidak seimbang atau berkualitas rendah seringkali menjadi kambing hitam dalam kasus ini.
Ayam adalah makhluk yang sensitif terhadap lingkungannya. Faktor-faktor seperti suhu ekstrem (terlalu panas atau terlalu dingin), kebisingan yang berlebihan, perubahan mendadak pada kandang, adanya predator, atau bahkan gangguan dari manusia dapat menyebabkan stres. Stres dapat mengganggu keseimbangan hormon dalam tubuh ayam, yang pada gilirannya menghambat ovulasi dan produksi telur.
Tingkat pencahayaan yang cukup dan konsisten sangat penting untuk merangsang kelenjar pituitari pada ayam, yang kemudian memicu produksi hormon reproduksi. Ayam membutuhkan sekitar 14-16 jam cahaya per hari untuk mencapai puncak produksi telur. Kekurangan cahaya, terutama pada fase-fase penting, dapat menyebabkan ayam tidak bertelur.
Penyakit, parasit internal (cacing), atau infeksi bakteri dan virus dapat melemahkan ayam dan mengganggu sistem reproduksinya. Penyakit seperti Avian Influenza, Newcastle Disease, atau infeksi saluran reproduksi dapat menyebabkan ayam berhenti bertelur secara signifikan. Pemeriksaan rutin dan tindakan pencegahan penyakit sangat penting.
Setiap tahunnya, ayam akan mengalami masa ganti bulu yang disebut molting. Selama periode ini, tubuh ayam akan mengalihkan energi untuk menumbuhkan bulu baru, sehingga produksi telur akan terhenti sementara. Lamanya masa molting bervariasi, namun biasanya berlangsung selama beberapa minggu hingga beberapa bulan.
Tidak semua jenis ayam memiliki potensi bertelur yang sama. Beberapa ras ayam memang dibiakkan khusus untuk produksi telur tinggi, sementara ras lain lebih berorientasi pada daging atau tujuan hias. Ayam dari ras petelur murni umumnya akan lebih produktif dibandingkan ras dwiguna atau pedaging.
Setelah mengidentifikasi kemungkinan penyebabnya, langkah selanjutnya adalah menerapkan solusi yang tepat. Pendekatan yang komprehensif seringkali memberikan hasil terbaik.
Pastikan pakan yang diberikan memiliki kandungan nutrisi yang seimbang dan lengkap. Berikan pakan dengan kadar protein yang cukup (sekitar 16-18%), serta pastikan ketersediaan kalsium, fosfor, vitamin D3, dan mineral lainnya. Anda bisa menggunakan pakan komersial berkualitas atau meracik pakan sendiri dengan memperhatikan formulasi yang tepat. Penambahan suplemen kalsium seperti kulit kerang yang dihancurkan juga dapat membantu.
Redakan stres pada ayam dengan menjaga suhu kandang tetap stabil, memberikan ventilasi yang baik, dan mengurangi kebisingan. Pastikan kandang bersih dan bebas dari predator. Sediakan tempat bertengger yang nyaman dan sarang yang tenang untuk ayam bertelur.
Pastikan kandang mendapatkan pencahayaan yang cukup, terutama di pagi dan sore hari. Jika diperlukan, gunakan lampu tambahan untuk mencapai durasi cahaya 14-16 jam per hari. Hindari perubahan intensitas cahaya yang drastis.
Lakukan vaksinasi rutin dan berikan obat cacing sesuai jadwal. Amati perilaku ayam setiap hari. Jika ada ayam yang terlihat lesu, tidak nafsu makan, atau menunjukkan gejala sakit, segera pisahkan dan berikan perawatan medis. Konsultasikan dengan dokter hewan jika diperlukan.
Jika ayam sedang dalam masa molting, bersabarlah. Berikan pakan yang kaya protein untuk mendukung pertumbuhan bulu baru dan jangan memaksakan produksi telur. Setelah selesai molting, produksi telur biasanya akan kembali normal.
Jika Anda baru memulai atau ingin meningkatkan produktivitas, pertimbangkan untuk memilih bibit ayam dari ras yang dikenal memiliki produktivitas telur tinggi.
Mengatasi masalah ayam tidak bertelur membutuhkan kesabaran dan perhatian terhadap detail manajemen. Dengan pemahaman yang baik tentang kebutuhan dasar ayam dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, Anda dapat meningkatkan peluang keberhasilan dalam beternak ayam petelur.