Di tengah hiruk pikuk aktivitas akademik Universitas Tanjungpura (UNTAN), Pontianak, tersembunyi sebuah legenda yang seringkali hanya dibisikkan di antara koridor kampus dan kafe-kafe langganan mahasiswa. Sebuah legenda tentang "Ayam Pegasus UNTAN". Konon, makhluk mitologis ini bukanlah sekadar dongeng belaka, melainkan sebuah manifestasi semangat kreativitas, keberanian, dan keunikan yang melekat pada civitas akademika kampus hijau ini. Bayangkan seekor ayam, namun bukan ayam biasa. Ia memiliki sepasang sayap megah yang berkilauan bagai mutiara, mampu membawanya terbang melintasi cakrawala ilmu pengetahuan. Dan di dahinya, sebuah tanduk indah menjulang, simbol kebijaksanaan dan pencerahan.
Kehadiran Ayam Pegasus UNTAN bukanlah sesuatu yang bisa dilacak melalui catatan sejarah resmi. Ia lebih merupakan produk budaya lisan yang berkembang seiring waktu. Banyak mahasiswa dan alumni yang mengaku pernah "melihat" atau setidaknya merasakan keberadaan makhluk ini, terutama di saat-saat paling inspiratif atau menantang dalam perjalanan akademik mereka. Beberapa interpretasi muncul terkait makna di balik simbol ini. Ada yang melihatnya sebagai metafora bagi para mahasiswa yang berjuang untuk meraih cita-cita, terbang tinggi melampaui batas-batas biasa. Tanduk di dahinya melambangkan pencarian kebenaran dan pengetahuan yang tak pernah padam.
Interpretasi lain mengaitkan Ayam Pegasus UNTAN dengan jiwa kewirausahaan dan inovasi yang terus digalakkan di UNTAN. Makhluk ini dianggap mewakili semangat untuk berani melangkah ke depan, menciptakan hal-hal baru, dan tidak takut untuk berbeda. Sayapnya bukan hanya untuk terbang, tetapi juga untuk membawa ide-ide segar dan solusi kreatif ke dunia. Kegagahan ayam sebagai hewan yang tangguh dan penuh vitalitas, dikombinasikan dengan kemegahan dan kebebasan Pegasus, menciptakan perpaduan yang kuat dan inspiratif.
Meskipun tidak memiliki patung fisik atau monumen yang mencolok, jejak Ayam Pegasus UNTAN dapat dirasakan dalam berbagai aspek kehidupan kampus. Ia hadir dalam diskusi-diskusi panas di perpustakaan, dalam semangat gotong royong saat mengerjakan tugas kelompok, dalam keberanian mahasiswa saat presentasi di depan dosen, bahkan dalam tawa riang di kantin yang menjadi saksi bisu cerita-cerita mahasiswa. Para dosen yang inspiratif, para peneliti yang gigih, dan para aktivis yang berani memperjuangkan aspirasi, semuanya adalah "Ayam Pegasus" dalam bentuknya masing-masing.
Bahkan, beberapa Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dan organisasi kemahasiswaan di UNTAN seringkali mengadopsi simbolisme yang serupa dalam lambang atau kegiatan mereka, menunjukkan betapa konsep ini telah meresap ke dalam budaya kampus. Semangat untuk berprestasi, menjelajahi ilmu baru, dan berkontribusi positif bagi masyarakat adalah sayap-sayap yang membopong para civitas akademika UNTAN untuk terbang lebih tinggi. Ayam Pegasus UNTAN menjadi pengingat bahwa di dalam setiap individu di kampus ini, terdapat potensi luar biasa yang siap untuk dikembangkan.
Dalam menghadapi tantangan global dan tuntutan zaman yang terus berubah, legenda Ayam Pegasus UNTAN menjadi lebih relevan dari sebelumnya. Ia mengingatkan kita untuk tidak pernah berhenti bermimpi, untuk terus belajar dan berinovasi, serta untuk memiliki keberanian dalam menghadapi setiap rintangan. Terbanglah tinggi, jangan takut jatuh, dan selalu jaga semangat pantang menyerah. Universitas Tanjungpura, dengan segala keunikannya, terus melahirkan generasi-generasi yang siap membawa perubahan, mewujudkan mimpi, dan menjadi "Ayam Pegasus" yang handal di bidangnya masing-masing.
Kisah Ayam Pegasus UNTAN adalah bukti bahwa sebuah institusi pendidikan bukanlah sekadar bangunan fisik atau deretan mata kuliah. Ia adalah ekosistem yang hidup, tempat di mana nilai-nilai, semangat, dan aspirasi tumbuh dan berkembang. Legenda ini, meskipun bersifat imajinatif, memberikan warna dan makna tersendiri bagi pengalaman belajar di UNTAN, menjadikannya lebih dari sekadar tempat menimba ilmu, melainkan sebuah petualangan epik yang penuh dengan potensi untuk terbang.